Gerimis sejak malam, dingin begitu mendera. Kalau bukan karena tugas, Bu Ratih rasanya malas ke sekolah. Hm, enaknya rebahan, berselimut tebal, dan mimpi indah. Bu Ratih segera menuju ke sekolah, saat jam menunjukkan pukul 06.00.
Hari ini ternyata banyak siswa yang absen. Ketika anak-anak sedang mengerjakan tugas, Bu Ratih segera menghidupkan data sellular, setelah tadi pagi membeli kuota ketengan seharga Rp 3.600,00. Barangkali ada chat yang urgen, pikirnya.
Begitu HP aktif, ternyata banyak chat yang masuk. Dibukanya grup POM kelasnya, dan ternyata banyak yang minta izin gak masuk sekolah. Segera dibacanya satu-persatu.
Yang pertama ibunya Bebi, ada dua pesan.
"Assalamu'alaikum, Bu maaf, Bebi hari ini gak bisa masuk sekolah."(06.08)
"Karena demam setelah balap karung di sekolah, panasnya belum turun!"(06.10)
Wah, gara-gara balap karung kemarin, ya? batin Bu Ratih..
Lanjut pesan dari ibunya Agiz,
"Assalamu'alaikum. Hari ini Agiz tidak masuk sekolah sakit demam." (06.38)
Chat dari ibunya Rida,
"Assalamu'alaikum, Bu, maaf Rida izin tidak masuk sekolah, masih sakit kaki karena kakinya nginjak pecahan kaca di sekolah kemarin!" (06.39)
Bu Ratih mengangguk-angguk, ya, memang kemarin Rida kena musibah, mau dibawa ke Puskesmas, tetapi tidak mau.
Chat dari ibunya Azki,
"Assalamu'alaikum, Bu, Azki gak bisa masuk sekolah, sakit kaki bekas balapan kemarin di sekolah." (06.42)
Chat dari ibunya Ibu Bebi lagi,
"Maaf, saya ikut bicara, Bu, nanti lagi kalau mau balapan yang bentuknya seperti menggerakkan anggota badan harus pemanasan dulu, jadi gak banyak yang sakit kaki dlsb." (07.24)
"Jadi dilemaskan dulu semua urat-uratnya." (07.28)
Bu Ratih menganguk-angguk setuju. Ya, memang kemarin dia dan guru lainnya langsung melasanakan lomba, tak terpikir untuk pemenasan dulu. Segera dibalasnya chat tersebut satu persatu
"Terimakasih, ya, Bu, semoga Bebi cepat sembuh." (09.22)
"Wa'alaikumussalam, semoga Agiz cepat sembuh" (09.23)
"Wa'alaikumussalam, iya, Bu, semoga Rida cepat sembuh, gak keterusan sakit kakinya. Kemarin saya mau bawa Rida ke Puskesmas, tapi gak mau. Di sekolah lukanya hanya dibersihkan, dibetadine, dan dihansaplast. Maafkan kelalaian saya, Bunda Rida."(09.25)
"Wa'alaikumussalam, ya, Bunda Azki, semoga Azki cepat sembuh sakit kakinya." (09.26)
"Wa'alaikumussalam, ya, Bunda Riki, semoga Riki cepat sembuh." (09.27)
"Ya, terimakasih, Bunda Bebi atas nasihatnya, saya terima dengan hati terbuka. Kemarin memang tidak pemanasan dulu. Maaf. Dalam kegiatan tidak ada paksaan untuk ikut lomba. Siapa yang bersedia, disilakan ikut lomba." (09.28)
"Lomba kemarin, kelas 1 dan 2 balapan kelereng pake sendok, sedangkan kelas 3-6 balapan karung."(09.34)
"Setelah lomba, siswa dipersilakan istirahat, sebelum pulang. Tetapi ada yang main bola, sampai terjadilah musibah nginjek pecahan kaca. Mohon maaf bapak ibu semuanya."(09.35)
"Saya dan seluruh rekan guru mohon maaf atas kejadian yang menyebabkan putra putri bapak ibu sakit. Mudah-mudahan yang sakit cepat diberi kesembuhan seperti sedia kala."(09.36)
Baru saja Bu Ratih membalas semua pesan, secepat kilat, muncul chat balasan dari Ibu Bebi,
"Saya maafkan, Bu. Hanya harus jadi perhatian untuk ke depannya. Kalau ada yang ikut balapan seperti balap karung harus dipimpin/disuruh pemanasan dulu. Terimakasih." (09.41)
Bunda Bebi lantas mengirim video Bebi sedang rebahan, berteriak-teriak kesakitan, sambil mengibas-ngibaskan selimutnya. Duh, Bu Ratih merasa heran dengan tingkah anak kelas enam itu. Sakit amatkah?
Selain di grup, semua chat yang belum sempat dibaca Bu Ratih saat off tadi, dikirim ulang bunda Bebi via wapri.
Saat jam istirahat, Bu Ratih sharing dengan guru lain, ternyata tidak ada satu pun siswa yang sakit dari kelas tiga sampai lima, khusus peserta balapan karung. Mereka tetap masuk sekolah, bahkan mereka sangat seru saat menceritakan lomba kemarin.
Selepas istirahat, anak-anak di kelas diajaknya untuk merenung, bahwa apa yang kita alami adalah semata takdir Allah yang harus disyukuri. Diberi kesehatan, bersyukur, diberi sakit pun harus bersyukur, tidak usah menyalahkan keadaan.
Bahkan, para Aulia, apabila ditimpa musibah, mereka sangat bahagia, dan menganggap itulah hari raya mereka.
Dengan musibah, berarti Allah sangat sayang kepada kita, menghapus dosa kita, dan meningkatkan derajat kita di hadapan Allah SWT, apabila kita bersabar menerimanya. Tak usah menyalahkan sesiapa. Anak-anak mendengarkan nasihat Bu Rati dengan saksama
Nasihat yang dilontarkan Bu Ratih, pada dasarnya nasihat untuk dirinya, untuk selalu bersyukur dan bahagia.
Bu Ratih menghela napas lega, begitu lega terasa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H