Tendanya pun biasa, tidak ada hiasan-hiasan berwarna warni. Wajahnya benar-benar "polos". Satu-satunya "hiasan" di dalam tenda ini hanya  papan informasi mengenai para kandidat capres dan cawapres, para caleg, dan nama Daftar Pemilih Tetap (DPT).
Lantai terlihat basah bekas jejak-jejak sandal atau sepatu dari para pemilih yang basah. Bisa dimaklumi bekas hujan masih membasahi jalanan. Tidak mungkin juga kan jalanan dalam kondisi basah, sandal atau sepatu tetap kering?
TPS ini mungkin luasnya seperti rumah tipe 36. Tidak ada sekat antara meja pendaftaran, ruang tunggu, meja lembar surat suara, para saksi, bilik suara, kotak suara, dan meja tinta. Jadi, terlihat jelas pergerakan para pemilih dan para petugas.
Kami lalu menyerahkan surat undangan beserta KTP kepada petugas KPPS atau Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara. Data kami kemudian dicocokkan pada lembaran Daftar Pemilih Tetap (DPT).
Setelah ditemukan nama kami, petugas meminta kami untuk memperlihatkan dua tangan kami. Petugas ingin memastikan kami memang belum memilih. Prosedur dari Komisi Pemilihan Umum (KPU) memang begitu, kata petugas.Â
"Kami hanya menjalankan aturan," ucap petugas tersenyum ketika saya menanyakan alasannya.
Tujuannya, kata petugas, untuk menghindari terjadinya kecurangan dari pemilih ganda atau pemilih titipan. Siapa tahu, ada pemilih yang sudah menggunakan haknya di TPS lain, lalu menggunakan kembali di TPS yang lain. Namanya juga curang, berbagai cara akan dilakukan.
Setelah memastikan jari-jemari kami bersih dari tinta, tanpa noda setitik pun, petugas meminta kami untuk menandatangani di kolom yang sesuai nomor urut di DPT. Saya tanya, apakah boleh dengan paraf? Petugas menjawab harus tanda tangan. Oke, baiklah.
Sambil menunggu nama dipanggil, kami menunggu di tempat yang disediakan. Tidak banyak kursi di tempat ini. Kalau saya hitung sih tidak sampai 10 kursi. Itu sebabnya, sebagian warga menunggu di luar sambil "mempelajari" caleg-caleg di papan informasi.
"Selanjutnya Putik Cinta Khairunnisa," panggil petugas seraya menyebutkan nomor urut pemilih ketika mendapat kode dari petugas lain bahwa ada satu bilik suara yang kosong