Mohon tunggu...
Tety Polmasari
Tety Polmasari Mohon Tunggu... Lainnya - ibu rumah tangga biasa dengan 3 dara cantik yang beranjak remaja
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas, insyaallah tidak akan mengecewakan...

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Menara Kujang Sapasang, Jatigede, Sumedang, Tempat Wisata Ikonik Karya Ridwan Kamil

10 Februari 2024   13:12 Diperbarui: 10 Februari 2024   13:24 514
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kami, Abah Tarya Kusnadi beserta anak-anaknya tidak lama di Desa Patakaharja, Kec. Rancah, Kab. Ciamis, Jawa Barat. Sampai jam 10 malam, pulang jam 10 pagi. Tidak sampai semalaman. 

Mengapa tidak lama, karena Abah ingin beranjangsana juga ke adik-adiknya yang lain di sekitaran Bandung, Jawa Barat juga. Dan, ada rencana juga menengok makam Enin, Ibu kami, di Cibadak, Jawa Barat. 

Rencana ke Cibadak itu jika waktunya amat memungkinkan. Jadi, waktunya harus diperhitungkan banget, mengingat abang saya yang kedua harus kembali ke Semarang pada Minggu malam. Kebetulan abang saya ini, ASN Kementerian Keuangan yang ditempatkan di Semarang. 

Di Rancah yang waktunya tidak lama itu, kami manfaatkan untuk bersilaturahmi dengan adik-adik Abah. Ada Mang Andang, Mang Iwa, Mang Kodir, dan Bi Jojoh. Tentu saja beserta keluarganya.  

Kami manfaatkan pula untuk menengok makam Aki Puradisastra dan Nini Ucih, begitu biasa kami memanggil orang tua Abah, yang berarti kakek nenek kami. Sudah lama saya tidak menengoknya. Mungkin sudah puluhan tahun. Seingat saya, selama saya menikah hampir 20 tahun ini saja belum pernah ke lembur.

Semalam Abah menyampaikan keinginannya untuk mampir ke Waduk Jatigede, Kec. Jatigede, Kab. Sumedang. Ia ingin melihat Menara Kujang Sapasangan. Menara ini adanya di sekitar area bendungan Jatigede. Tepatnya di Bukit Panenjoan, Desa Jemah, Kec. Jatigede, Sumedang.

Terus terang, kami juga baru mendengarnya. Tapi karena penasaran juga, kami memenuhi keinginan itu. Yang penting, keinginan Abah tersalurkan, dan Abah happy juga. Terlebih perjalanan ke Sumedang searah ke Bandung. Ya, ibarat pepatah "sambil menyelam minum air".

Perjalanan menuju Sumedang, diperkirakan sekitar 5 jam dari Rancah. Kemungkinan sampai sana selepas Ashar. Jadi, masih bisa terkejarlah, mengingat lokasi wisata ini ditutup pukul 17.30 Wib. 

Karena hari Jumat, Abah dan saudara-saudara saya harus menunaikan shalat Jumat. Di perjalanan, kami mampir di Masjid Darul Amanah, Kec. Lumbung, Kab. Ciamis. Usai shalat Jumat, lalu giliran saya shalat Dzuhur. Setelah itu, perjalanan kami lanjutkan. 

Sampailah kami di sekitar Waduk Jatigede. Terlihat ada mobil keluar masuk. Untuk memastikan, kami pun bertanya kepada petugas apakah benar ini lokasi Menara Kembar? Petugas menjawab benar. 

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi

Jadi, kendaraan kami pun memasuki area lokasi. Untuk memasuki area ini kendaraan mobil dikenai tarif Rp10.000. Entah, kalau bus atau motor, apakah sama? Saya tidak bertanya lebih jauh soalnya. Kendaraan pun memasuki area parkir.

Dari kejauhan, Menara Kujang Sapasang ini sudah terlihat jelas berdiri kokoh. Menara ini hasil karya masterpiece dari Ridwan Kamil di akhir masa jabatannya sebagai Gubernur Jawa Barat. 

Bendungan Jatigede kini tidak sekedar memiliki fungsi ekologi dan sumber daya air saja, tetapi punya nilai tambah yaitu pariwisata yang akan menjadi kebanggaan masyarakat Sumedang dan Jawa Barat. Sebagai orang Sunda, Abah pun merasa wajib ke sini. 

Sebagaimana namanya, menara tersebut berbentuk kujang sepasang yang berdiri tepat menghadap bendungan. Ukuran salah satu pasangnya lebih besar dari satu pasang lainnya. 

"Kenapa Kujang Sapasang, dua kujang lebih tinggi dan dua kujang lainnya lebih rendah? Karena filosofinya itu untuk menggambarkan peradaban manusia yaitu sebuah keluarga," ungkap Ridwan Kamil, yang akrab disapa Kang Emil saat peresmian, Minggu 13 Agustus 2023.

Kujang sendiri adalah  senjata estetis yang dibentuk  dengan  ukiran  unik  dan  indah, bisa  disebut sebagai bentuk karya seni kujang. "Makna filosofis kujang terkait erat dengan filosofi kehidupan masyarakat Sunda. Yang mengedepankan nilai-nilai  kebersamaan,  kejujuran, dan keterbukaan."

Menurut Kang Emil, pembangunan Menara Kujang Sapasang ini sebagai kompensasi masa depan bagi warga terdampak akan keberadaan Waduk Jatigede melalui peningkatan sektor kepariwisataan.

Berdasarkan informasi yang saya dapatkan, menara ini, untuk saat ini menjadi yang tertinggi dan terbesar di dunia. Tngginya sekitar 99 meter (kenapa tidak 100 meter saja ya, tanggung tinggal 1 meter lagi). 

Untuk memasuki menara ini, pengunjung dikenai tarif masuk Rp25.000 per orang. Tarif ini sudah termasuk free minuman, free  file foto, dan free masuk taman seribu cahaya. 

Sayangnya, petugas menjelaskan untuk saat ini pengunjung belum bisa memasuki menara, baru bisa nanti pada 11 Februari 2024. Alasannya sih karena bagian interiornya masih dalam penataan. Jadi pengunjung hanya bisa sampai jembatannya saja. Jembatan ini terbuat dari baja ikonik lengkap dengan ornamen-ornamennya berupa burung merak.

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi

Kalau menurut saya sih, memang belum tuntas saja meski menara ini sudah diresmikan RK pada 13 Agustus 2023. Jadi, masih ada bagian-bagian yang masih dalam proses. Terutama bagian Museum Kujang-nya. Karena sebentar lengser, maka RK meresmikannya meski belum sepenuhnya selesai. 

Berdasarkan literatur yang saya baca, bentuk Menara Kujang Sapasang mengacu kepada sejenis kujang ciung. Kujang ini memiliki filosofi dengan lubangnya yang berjumlah sembilan.

Secara filosofi Sunda, kujang dengan lubang sembilan menggambarkan dari mulai proses kelahiran manusia hingga manusia itu bijak dalam hal pemikiran. Sebagai puncak dari proses berpikir manusia sehingga mencapai kebijaksanaan.

"Kujang menjadi representasi atau benda dari hasil pemikiran leluhur untuk menyimbolkan ajaran-ajarannya di tatar Sunda kala itu. Salah satunya lewat kujang itu sendiri dan lewat lubang yang ada di permukaannya," tutur Budayawan Sunda Budi Setiawan GP alias Budi Dalton, yang juga seorang kolektor berbagai jenis kujang, sebagaimana dikutip Detik.com, 15 Agustus 2023. 

Oh iya, di dalam menara dilengkapi lift yang mengarah ke puncak menara agar wisatawan bisa menikmati pemandangan pulau-pulau kecil yang muncul di Jatigede dari ketinggian. Menara Kujang Sapasang ini akan dilengkapi dengan fasilitas museum kujang. 

Museum yang ada di lantai pertama menara itu akan menampilkan koleksi senjata khas Tatar Priangan kujang yang berusia puluhan hingga ratusan tahun lalu dengan segala makna-maknanya. 

Jadi, tidak hanya mengenai menara saja tapi akan ada edukasi budaya yaitu museum kujang. Masyarakat yang datang ke sini akan menambah wawasan mengenai kujang yang menjadi ikon masyarakat Jawa Barat. 

Karena tidak masuk menara, jadi Abah jalan-jalan di jembatannya sambil memandang waduk. Saya membiarkan Abah sampai puas menikmati pemandangan Menara Kujang Sapasang dan hamparan bendungan yang cukup luas. 

Ada petugas fotografer yang memotret kami dari berbagai sudut. Karena berfoto berdua saja dengan Abah, kami hanya mendapatkan 2 file foto gratis, selebihnya beli per file Rp5000, tapi kalau beli semuanya harganya lebih murah jadi Rp1000 perfile. 

Dari 17 file foto, berarti tersisa 15 file lagi, ya sudahlah kami beli semuanya jadi Rp15.000. File foto ini lalu ditransfer ke HP. Tapi untuk membeli file foto ini tidak ada paksaan. Mau dibeli silakan, tidak juga tidak apa-apa. Tidak dibeli, file foto tinggal dihapus.

Setelah puas, kami pun keluar dari area jembatan Menara Kujang Sapasang. Lanjut shalat Ashar di Masjid Al Kamil yang masih satu area. Waktu menunjukkan pukul 16.30 Wib. Setelah shalat, kami pun melanjutkan perjalanan ke Bandung melalui Gerbang Tol Sumedang. Sampai di rumah Bi Jojoh, menunjukkan pukul 19.00, jadi masih ada waktu untuk shalat Maghrib.

Demikian "laporan" perjalanan kami.

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun