Suami istri saja yang sudah mulai saling memproteksi handphone ini sesuatu yang menunjukkan sudah tidak ada kesejiwaan. Jiwa tidak saling terkoneksi, hilang dan membuat komunikasi menjadi semakin buruk.
Ketika orang merasa kebutuhannya tidak dipenuhi di dalam rumahnya, merasa  keluarga tidak mengetahui apa yang menjadi kebutuhan pokoknya, di situlah muncul "peluang" orang melarikan diri.
"Maka penting bagi kita untuk mempelajari betul bagaimana sejatinya mewujudkan rumah tangga yang serumah dan sejiwa," tandasnya.
Penyebab dan solusi
Ustadz menyebutkan kondisi terjadinya "serumah tapi tak sejiwa" faktor utamanya lebih karena kurang atau tidak adanya komunikasi antara suami, isteri, maupun dengan anak. Ya sangat disayangkan jika di dalam rumah tangga tidak ada komunikasi sama sekali.
"Semua berawal dari tidak adanya komunikasi. Sudah tidak pernah ngobrol. Padahal, 97 persen pernikahan itu diisi dengan ngobrol, ngobrol antara suami ister dengan anak. Bayangkan kalau sudah tidak ngobrol! Akhirnya ngobrol sama orang lain," kata Ustadz.
Di dalam Alquran sendiri Allah berkali-kali berkata "qola" yang berarti ada komunikasi. Nabi Muhammad dengan isterinya komunikasi, Nabi Ibrahim dengan Nabi Ismail komunikasi, Nabi Musa berkomunikasi dengan Allah ya ngobrol.
"Ibu ngobrol didengerin seneng nggak? Sama, saya juga ngobrol kalau didengerin ya senang. Kalau ada suami, atau isteri atau anak ngobrol ya dengarkan dengan baik karena itu merasa dihargai," ucapnya.
"Serumah tapi tak sejiwa" selain karena tidak ada komunikasi, juga karena tidak ada canda tawa di rumah. Rumah juga sudah dianggap bukan tempat yang nyaman untuk pulang atau bermain. Ciri-cirinya ya jadi tidak betah di rumah.
Karena itu, suami isteri harus bangun komunikasi segitiga dengan Allah. Allahlah yang menguasai hati hamba-hambaNya. Maka saling berkomunikasi agar Allah saling mentautkan dua hati yang sudah terikat dalam tali pernikahan.