Mohon tunggu...
Tety Polmasari
Tety Polmasari Mohon Tunggu... Lainnya - ibu rumah tangga biasa dengan 3 dara cantik yang beranjak remaja
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas, insyaallah tidak akan mengecewakan...

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Pesmol Ikan Arwana, Kata Suami: Nikmat!

7 Desember 2023   08:59 Diperbarui: 7 Desember 2023   09:06 236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sudah tiga tahun ini, suami pelihara ikan arwana. Dari ukuran kecil sebesar 2 jari tangan hingga ukuran selengan. Ikan ini dibelinya saat pandemi Covid-19 dan adanya pembatasan aktivitas ke mana-mana.

Entah harganya berapa saat itu, saya tidak tahu. Lupa juga apakah suami menginfokan kepada saya harganya? Katanya sih, ikan ini harganya mahal. Bahkan dinobatkan sebagai salah satu ikan termahal di dunia. Hmmm...

Dibeli suami sebagai hiburan semata mengingat pekerjaan kantor dikerjakan di rumah sebagaimana anjuran pemerintah. "Meja kerjanya" ditaruh dekat aquarium. 

Jadi, bisa sebentar-sebentar melihat ikan arwana jika lelah atau suntuk menyergap. Tentu saja ditemani segelas kopi liong tanpa gula kegemarannya dan sebatang rokok. Sambil berpikir, berpikir, entah apa yang dipikirkan. 

Kalau saya sih tidak suka pelihara hewan, apa pun itu. Apalagi kucing. Huuuh, malas saja mengurusinya. Membuang-buang waktu saja. Mending juga saya urus anak-anak, yang lebih jelas tujuannya hehehe...

Sebulan lalu suami bilang ikan arwana yang entah jenisnya apa itu, terlihat lesu, tidak nafsu makan, dan tidak ada gairah hidup. Sepertinya ada tanda-tanda sebentar lagi menuju ambang kematian.

Indikasinya, setiap suami kasih makan, makanannya tidak dimakan. Dibiarkan begitu saja. Sudah berhari-hari begitu. Seperti ada masalah dalam dirinya. Apakah dia merasa kesepian atau jenuh menjalani hidup?

"Bund, nanti kalau arwananya memang udah waktunya mati, Bunda masak ya. Ini mahal lho kalau beli ikan arwana segede ini," kata suami.

Saya tidak menjawab iya. Belum pernah juga masak ikan arwana yang notabene termasuk ikan hias. Apa enaknya ikan hias dijadikan santapan? Membayangkannya saja saya sudah eneg.

"Kenapa nggak dijual aja kalau memang mahal?" tanya saya.

"Mana ada yang mau? Di jaman sekarang yang lagi-lagi sulitnya, di saat global krisis lebih utama memenuhi kebutuhan primer daripada beli-beli beginian. Buat apa?" jawab suami sambil terkekeh.

Berhari-hari setelahnya, ikan arwana masih hidup saja. Namun, tetap tidak nafsu makan. Terlihat lemas. Gerakannya tidak seagresif biasanya. Seperti hidup segan. Apakah dia stres karena tidak ada teman yang menenami di akuarium? 

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi

Semalam, suami menyampaikan ikan arwana sebentar lagi akan mati. Saya bilang dimatikan saja dulu lalu disimpan di freezer. Ya kali nunggu ikannya mati baru dimakan? Apa itu namanya bukan bangkai? Eh, kalau ikan mah tidak berlaku ya?

"Emang boleh ikan arwana dimakan?" tanya saya.

"Boleh, nggak ada larangan makan ikan arwana," jawab suami.

Untuk menyakinkan, saya pun googling dan menemukan jawaban dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) bahwa konsumsi ikan arwana diperbolehkan. "Mengonsumsi ikan arwana boleh-boleh saja, seperti ikan pada umumnya" begitu kutipan yang saya baca. Ok, baiklah. Saya pun lega.

"Jasad" ikan arwana akhirnya disimpan difreezer. Kalau saat itu saya mengolahnya malas. Sudah lelah juga. Lagian masih ada lauk di meja makan.

"Besok, daddy beli bumbunya. Beli apa aja?" tanya suami.

"Bawang putih, bawang merah, cabe, tomat, daun salam, daun sereh," jawab saya. Memang bumbu-bumbu itu tidak ada di dapur. Sudah berminggu-minggu ini saya malas masak. Jadi, beli masakan matang saja di warung nasi atau warung padang dekat rumah. Simpel, kan? Suami yang beli, bukan saya hehehe...

Paginya, sepulang mengantarkan si bungsu ke sekolah, suami beli bumbu-bumbu itu. Suami pun bersiap berangkat kerja. Kemarin kerjanya di rumah, jadi suami harus ke kantor. Minimal suami ke kantor itu, 2 kali dalam seminggu, selebihnya remote.

"Jangan lupa ya Bund, ikan arwananya dimasak," pesan suami saat bersiap berangkat kerja.

"Oke daddy."

Sorenya, saya pun mulai membersihkan ikan arwana. Bau amisnya sangat menyengat. Setidaknya menurut saya.  Sisik-sisiknya tebal dan berbentuk bulat. Tidak bisa langsung main disisir seperti ikan mas atau bandeng. Ini harus pelan-pelan. Setelah sisik-sisik ini lepas, keluar lendir yang sangat kental dan juga bau amis.

Gigi-gigi di sekitar mulut ikan arwana kecil-kecil tapi sangat tajam. Insangnya juga cukup tajam. Harus hati-hati dan sabar. Kulit tangan saya sampai tergores-gores. Lalu tubuh ikan dipotong-potong pakai pisau yang digetok-getok pakai batu ulekan. Maklum, pisaunya kurang tajam.

Kemudian saya cuci berkali-kali, ikan lalu direndam pakai cuka dan garam. Ah, ternyata, butuh "perjuangan" untuk membersihkan seekor ikan arwana. Sekitar 1 jam saya berkutat membersihkan ikan ini. Saya timbang, beratnya ada 1 kg.

Saya lantas mencuci tangan berkali-kali pakai sabun pencuci tangan, bau amisnya masih tetap tercium. 

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi

Anak kedua saya ikut membantu. Ia bagian mengulek bumbu. Bawang merah 5 siung, bawang putih 5 sium, cabe merah 5, tomat 1 buah, kemiri 2 butir, lengkuas 2 ruas jari, kunyit 1 ruas jari. Diuleknya tidak sampai lembut banget, yang penting diulek.

Selepas maghrib, saya lanjut menggoreng ikan arwana. Matang, tiriskan. Lalu tumis bumbu sampai harum, masukkan daun salam dan batang sereh. Tambahkan sedikit air, sedikit cuka dan penyedap rasa secukupnya, lalu masukkan ikan arwana yang sudah digoreng.

Biarkan sekitar 5 menit biar bumbunya menyerap, matikan kompor, selesai deh. Saya pindahkan ke piring. Entah apa ini namanya. Pesmol ikan arwana? Pesmol sebagaimana saya ketahui adalah masakan bumbu kuning yang rasanya pedas asam khas Sunda.

Saya coba cicipi sih enak. Saya coba ikannya, enak tidak? Ya, lumayanlah di lidah saya mah. Kata anak saya juga bumbunya pas.

Oh iya, tekstur daging ikannya lebih lembut dibanding dengan ikan yang sering saya makan seperti gurame atau patin. Namun, harus hati-hati makannya karena banyak durinya, mirip ikan bandeng atau ikan mas atau ikan bawal gitu.

Bagaimana kata suami saya? Katanya sih enak. Dia menyantapnya dengan suka cita sambil berseloroh, "Wah akhirnya makan ikan mahal juga. Ikan mahal ini, Bund." Senyumnya melebar. Jepret. Dia pun memotret hasil olahan saya itu. Sepertinya sih mau dishare di Facebooknya.

"Makannya hati-hati Daddy, banyak durinya, kayak duri ikan bandeng," kata saya mengingatkan.

Apakah ada kandungan gizinya? Saya coba tanya ke Mbah Google, ternyata tidak ditemukan apa yang saya cari. Lebih banyak mengenai vitamin untuk ikan arwana, cara memelihara ikan arwana dan manfaat memelihara ikan arwana. 

Mungkin karena memang sangat jarang dikonsumsi manusia? Entahlah. Ya sudahlah, anggap saja nilai gizinya sama dengan ikan-ikan lain yang sering kita konsumsi. Kaya protein dan omega 3. Terpenting lagi, tidak beracun, jadi aman untuk dikonsumsi manusia.

Bagaimana, ada yang sudah pernah mencoba makan olahan ikan arwana? Atau mau coba bikin sendiri? 

Demikian cerita saya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun