"Jangan lupa ya Bund, ikan arwananya dimasak," pesan suami saat bersiap berangkat kerja.
"Oke daddy."
Sorenya, saya pun mulai membersihkan ikan arwana. Bau amisnya sangat menyengat. Setidaknya menurut saya. Â Sisik-sisiknya tebal dan berbentuk bulat. Tidak bisa langsung main disisir seperti ikan mas atau bandeng. Ini harus pelan-pelan. Setelah sisik-sisik ini lepas, keluar lendir yang sangat kental dan juga bau amis.
Gigi-gigi di sekitar mulut ikan arwana kecil-kecil tapi sangat tajam. Insangnya juga cukup tajam. Harus hati-hati dan sabar. Kulit tangan saya sampai tergores-gores. Lalu tubuh ikan dipotong-potong pakai pisau yang digetok-getok pakai batu ulekan. Maklum, pisaunya kurang tajam.
Kemudian saya cuci berkali-kali, ikan lalu direndam pakai cuka dan garam. Ah, ternyata, butuh "perjuangan" untuk membersihkan seekor ikan arwana. Sekitar 1 jam saya berkutat membersihkan ikan ini. Saya timbang, beratnya ada 1 kg.
Saya lantas mencuci tangan berkali-kali pakai sabun pencuci tangan, bau amisnya masih tetap tercium.Â
Anak kedua saya ikut membantu. Ia bagian mengulek bumbu. Bawang merah 5 siung, bawang putih 5 sium, cabe merah 5, tomat 1 buah, kemiri 2 butir, lengkuas 2 ruas jari, kunyit 1 ruas jari. Diuleknya tidak sampai lembut banget, yang penting diulek.
Selepas maghrib, saya lanjut menggoreng ikan arwana. Matang, tiriskan. Lalu tumis bumbu sampai harum, masukkan daun salam dan batang sereh. Tambahkan sedikit air, sedikit cuka dan penyedap rasa secukupnya, lalu masukkan ikan arwana yang sudah digoreng.
Biarkan sekitar 5 menit biar bumbunya menyerap, matikan kompor, selesai deh. Saya pindahkan ke piring. Entah apa ini namanya. Pesmol ikan arwana? Pesmol sebagaimana saya ketahui adalah masakan bumbu kuning yang rasanya pedas asam khas Sunda.
Saya coba cicipi sih enak. Saya coba ikannya, enak tidak? Ya, lumayanlah di lidah saya mah. Kata anak saya juga bumbunya pas.