Berdasarkan hasil biopsi, saya dinyatakan positif terkena kanker payudara stadium 3 pada 20 April 2018. Pada 2 Juli 2018 saya menjalani operasi pengangkatan payudara dan pada 28 Juli menjalani operasi kedua karena belum bersih dari sel kanker.
Alhamdulillah operasi berjalan lancar. Kemudian dilanjutkan dengan terapi sinar (radioterapi) dan kemoterapi di RSCM. Sampai sekarang, saya masih rutin minum obat tamofen dan suntik obat Zoladex yang saya dapatkan saat kontrol di RS Hermina Depok.
Sudah 5 tahun ini berarti saya menyandang atribut sebagai penyintas kanker. Selama itu pula saya rutin kontrol, ada keluhan atau tidak ada keluhan. Mulai dari kontrol satu bulan sekali, tiga bulan sekali, enam bulan sekali, hingga satu tahun sekali.
Selama saya menjadi penyintas kanker, Alhamdulillah kondisi kesehatan saya baik-baik saja. Beraktivitas seperti biasanya. Tidak ada keluhan-keluhan yang mengarah pada penyakit kanker. Meski demikian, saya tetap harus waspada.
Selasa 28 November 2023, saya menuntaskan kontrol berkala satu tahunan di Radioterapi RSCM. Ini adalah kontrol tahunan ketiga dalam hitungan saya.
Sebelumnya, pada 1 November saat kontrol dan ditangani oleh dr. Mahesa Ramadhianto, ia meminta saya untuk USG abdomen/perut, USG mamae, rontgen thorax dan bonescan. Ia pun me-link-kan pengajuan ini.
Jadwalnya ditentukan oleh bidang Radiologi. Jadi, setelahnya saya pun ke bagian Radiologi. Untuk USG abdomen/perut, USG mamae, dan rontgen thorax dijadwalkan pada 9 November 2023.Â
Sedangkan untuk bonescan dijadwalkan pada 20 November 2023. Bonescan diperlukan untuk mendeteksi apakah ada sel kanker yang menyebar ke tulang. Sebelumnya, sel kanker sempat menyebar ke beberapa ruas tulang. Setelah ditangani, Alhamdulillah, tidak tampak lagi.
Saya kembali kontrol ketika semua pemeriksaan ini sudah ada hasilnya. Biasanya sih 4 hari kerja setelah pemeriksaan baru bisa diketahui. Biar tidak bolak balik dan menghemat waktu, hasil pemeriksaanya saya ambil jelang kontrol berikutnya.
Kemarin saya diperiksa oleh dr Stevan. Saya membawa semua hasil pemeriksaan yang diminta. Setelah dibaca-baca, kata dokter sih, aman terkendali. Tidak ada penyebaran sel kanker seperti pada hasil beberapa tahun lalu.
Kalaupun ada gambaran pada tulang, lebih kepada trauma masa lalu. "Mungkin pernah jatuh?" tanya dokter.
Saya mencoba berpikir. Seingat saya sih, saya tidak pernah jatuh deh. Tapi ketika masih kecil sih pernah.
"Oh iya, waktu kecil saya sempat jatuh, kepala saya bocor dan dijahit. Saya juga pernah ditabrak motor beberapa kali, tapi baik-baik saja," kata saya.
"Waktu SMA saya juga pernah mengalami kecelakaan, angkot yang saya tumpangi tabrakan dan saya dirawat di RS Fatmawati," ucap saya lagi.
"Saya juga pernah mengalami kecelakaan saat di tol sepulang kerja. Kendaraan yang saya tumpangi terguling-guling. Saya sempat mendapat perawatan di RS Kramat Jati," kata saya mencoba mengingat.
"Nah, bisa jadi karena itu. Selebihnya karena faktor usia juga," ucap dokter.
Kemudian dokter memeriksa hasil rontgen thorax. Sebenarnya hasilnya aman-aman saja. Gambaran yang terdapat pada rontgen lebih karena efek dari radioterapi mengingat bagian yang disinar adalah bagian dada.
Bisa juga karena efek dari operasi karena ada beberapa jaringan yang dekat paru-paru yang dibuang. Jadi, rongga paru-paru agak ketarik sehingga memengaruhi fungsi paru-paru. Â
Mungkin juga karena bekas infeksi paru. Dulu, saya memang pernah terkena TBC. Meski saya sudah dinyatakan sembuh dari penyakit TBC, namun di paru saya tidak mulus lagi. Ada bekas luka di sana. Ya, mirip-mirip bekas bopeng di wajah.
Jadi, ketika saya di rontgen thorax akan memunculkan suspeks. Namun, selama saya tidak mengalami gejala-gejala penyakit tersebut, maka suspeks itu bisa diabaikan.
Ya, saya sih biasa-biasa saja. Tidak mengalami batuk yang berlangsung lama. Pernah batuk, tapi cuma 3 hari saja. Nafsu makan saya juga masih normal, tidak demam, tidak menggigil, berat badan tidak turun drastis seperti sebelumnya.
"Tapi, kalau mau lebih memastikan lagi bisa konsultasi ke dokter spesialis paru saja. Kalau hasil negatif, bagus. Kalau hasilnya positif kan bisa segera diintervensi dan diobati. Nggak ada ruginya kan," ujarnya.
"Baik, dok," kata saya.
Setelah diperiksa-periksa, saya pun diberikan surat kontrol untuk tahun depan. Kontrol tahun depan bisa jadi saya tidak akan bertemu lagi dengan dr. Steven. Jadi, saya pun selfie dengannya sebagai kenang-kenangan.
Alhamdulillah...lega saya.
Sebagai penyintas kanker, saya perlu melakukan kontrol ke dokter setiap tahun untuk mendeteksi kekambuhan awal. Jangan sampai karena tidak ada keluhan, saya enggan kontrol.
Saya selalu mengingat pesan dokter, "ada keluhan atau tidak ada keluhan harus rutin kontrol". Jadi, meski saya tidak mood atau tidak ada keluhan, ya harus saya paksakan demi kebaikan saya sendiri.
Saya juga rutin kontrol bulanan di RS Hermina Depok untuk mendapatkan obat tamofen dan suntik Zoladex. Dua jenis obat ini harus berdasarkan resep dokter. Tidak dijual secara bebas.
Perlu diingat, apapun jenis kankernya, suatu ketika jika tidak dikontrol, Â akan mengalami kekambuhan. Karena itu, para penyintas kanker harus menyadari akan hal ini dan perlu melakukan pemeriksaan diri ke dokter.
Misalnya dalam seminggu terakhir terakhir mengalami hal-hal yang tidak biasa seperti migrain, nyeri-nyeri, maka disarankan untuk berkonsultasi untuk diperiksakan kembali. Ya dievaluasi ulang untuk memastikan semua baik-baik saja atau tidak.
Penyintas kanker yang sudah melewati periode lima tahun sejak diagnosis termasuk populasi istimewa atau sintasannya cukup baik. Dokter Mahesa ketika memeriksa saya cukup takjub juga mendapati pasien yang sudah melewati periode lima tahun.
"Untuk pasien-pasien saya, saya sangat jarang mendapati pasien yang sudah lima tahun ini bertahan. Jadi, saya cukup takjub juga. Wow, selamat," ujarnya tersenyum.
Pemeriksaan berkala ini juga penting untuk mendeteksi kekambuhan awal sehingga pengobatan bisa dilakukan lebih cepat dan kesembuhan pasien lebih tinggi. Jadi, kalau sudah pengobatan, wajib kontrol berkala.
"Kanker adalah penyakit yang tidak akan hilang sepenuhnya, yang sewaktu-waktu bisa kambuh, jadi kontrolnya harus terus dilakukan," jelasnya.
Kanker sendiri diketahui menjadi penyebab utama kematian di seluruh dunia. Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menunjukkan penyakit ini menyebabkan hampir 10 juta kematian pada 2020.
Kanker payudara menempati urutan pertama dengan total 2,26 juta kasus, diikuti paru-paru (2,21 juta kasus), kolon dan rektum (1,93 juta kasus), prostat (1,41 juta kasus), kulit (non-melanoma) (1,20 juta kasus) serta lambung (1,09 juta kasus).
Di Indonesia berdasarkan catatan Globocan pada 2020, jumlah kasus baru kanker payudara mencapai 68.858 kasus (16,6%) dari total 396.914 kasus baru kanker, dengan jumlah kematian mencapai lebih dari 22 ribu jiwa.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H