Fertilitas atau kesuburan didefinisikan sebagai kemampuan suami ataupun istri untuk bereproduksi atau menghasilkan keturunan.
Jangan sampai karena pihak suami yang tidak subur, justru isteri yang menjadi pihak yang tersudutkan dan dicap sebagai "perempuan mandul".
Dokter spesialis kebidanan dan kandungan SamMarie, Prof. Dr. dr. Zulkifli Jacoeb, Sp.OG K.FER, yang menjadi narasumber, menganalogikan reproduksi layaknya bercocok tanam. Rahim wanita adalah kebunnya, benihnya adalah sperma dan ovum.
"Untuk menghasilkan generasi keturunan yang baik, sehat dan bermutu, tidak hanya kebunnya saja yang harus subur. Benih dari orangtuanya pun harus baik," papar Prof. Zulkifli Jacoeb, di Auditorium 3 CGV Grand Indonesia, Jakarta Pusat.
Menurutnya, kualitas benih banyak sekali faktor yang mempengaruhi. Di antaranya adalah lifestyle modern seperti makan-makanan cepat saji, junkfood, merokok. Itu adalah faktor-faktor yang dapat membuat kualitas benih menurun.
"Selain itu, bertambahnya usia juga menjadi penyebab sel telur ovum secara kuantitas dan kualitas menurun," ucapnya.
Narasumber lain, dr Luthfi Hardianto, Ph.D, Sp.And, menambahkan, selain wanita yang perlu mempersiapkan rahim dan sel telurnya, para suami juga harus memeriksakan kualitas spermanya.
"Faktor-faktor yang menyebabkan infertilias itu tidak hanya di sisi wanita, pria juga memiliki potensi infertilitas. Kualitas sperma ini dipengaruhi oleh banyak faktor. Selain lifestyle, olahraga tertentu juga dapat menurunkan kualitas sperma," ungkap dr Luthfi Hardianto.
Karena itu, ia menyarankan, jika dalam 6 bulan pertama, pasutri belum juga ada tanda kehamilan, sebaiknya memeriksakam diri ke dokter kandungan. Tujuannya, agar bisa dievaluasi dan diintervensi segera.
"Tidak selalu kondisi infertilitas itu akan berujung pada bayi tabung. Banyak sekali pasutri yang setelah kita atur dengan program yang sesuai, dapat hamil alami juga kok," jelas dr Luthfi Hardianto.