Mohon tunggu...
Tety Polmasari
Tety Polmasari Mohon Tunggu... Lainnya - ibu rumah tangga biasa dengan 3 dara cantik yang beranjak remaja
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas, insyaallah tidak akan mengecewakan...

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Sekolah Darurat Pascagempa, Siswa SMPN 5 Cianjur Belajar di Tenda

3 Maret 2023   15:52 Diperbarui: 3 Maret 2023   18:32 923
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kamis, 2 Maret 2023, P&G Indonesia dan Save the Children Indonesia mengajak sejumlah media melihat lebih dekat Sekolah Darurat SMP Negeri 5 Cianjur, Desa Nagrak, Kecamatan Cianjur, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat.

Sekolah darurat ini didirikan pascagempa yang melanda pada 21 November 2023. Sudah tiga bulan ini anak-anak bersekolah di tenda-tenda akibat bangunan sekolah yang roboh dampak goncangan gempa.

SMPN 5 Cianjur yang berada di Jalan Gatot Mangkupradja, ini sebagaimana disampaikan Agus Nirwan, S.Pd., M.M.Pd, Kepala SMPN 5 Cianjur, mengalami kerusakan yang cukup parah. Hampir sebagian besar bangunan rata dengan tanah. Hanya menyisakan sedikit ruangan yang masih utuh.

Sekolah dengan jumlah siswa terdaftar 738 orang itu mengalami kerusakan hingga 90 persen. Ruangan yang berjumlah 35 -- termasuk kelas, lab dan ruang guru, itu hancur semua. Hanya ada 8 ruangan yang tersisa. Kondisinya pun cukup berbahaya jika dipaksakan untuk menjadi ruang kelas.

Kalau pun ada yang masih berdiri bukan berarti bisa direhab. Karena strukturnya sudah berubah, Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) pun menyimpulkan sekolah ini harus rata dulu baru dibangun kembali

Bisa dibilang sekolah ini mengalami kerusakan yang paling parah mengingat lokasi sekolah berdiri berada di lempengan patahan. Ketika lempengan ini bergoyang, bangunan di atasnya ikut berguncang.

Tidak hanya bangunan yang rusak, kursi dan meja belajar serta fasilitas lainnya pun banyak yang rusak.  Buku-buku pelajaran juga tertimbun reruntuhan. Sedikit yang bisa diselamatkan mengingat saat gempa terjadi, juga disertai hujan yang tidak berhenti-henti sehingga merusak buku-buku pelajaran.

Pembelajaran diputuskan tetap berjalan dengan segala keterbatasan. Tidak ada ponsel dan buku-buku, pakaian seragam yang juga hilang. Melalui tim khusus, guru memprioritaskan memberikan bantuan bagi siswa yang paling terdampak terlebih dulu yaitu siswa yang rumahnya roboh atau tinggal di pengungsian.

Berdasarkan data Satuan Pendidikan Aman Bencana Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi pada 4 Januari 2023, tercatat sebanyak 880 Satuan Pendidikan terdampak bencana di Kabupaten Cianjur. 

Hal ini jelas sangat berpengaruh terhadap kondisi psikososial anak-anak dan guru. Tidak bisa dipungkiri belajar di sekolah darurat memang tidaklah nyaman. Anak-anak harus belajar dengan fasilitas seadanya. 

Atap terpal. Lantainya tanah, yang jika hujan becek. Terlebih tanahnya jenis tanah merah. Bila terinjak, sepatu seketika langsung kotor. Maklum, sekolah darurat ini berdiri di lahan warga yang disewa, namun tidak jauh dari lokasi sekolah berada.

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi

Jumlah tenda-tenda sekolah darurat ini juga terbatas. Donasi dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nasional (BNPB), Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemenristek), serta Save the Children Indonesia.

Karena jumlahnya terbatas, jadi harus dibagi-bagi waktunya. Senin dan Rabu digunakan oleh siswa kelas 7, Selasa dan Kamis diisi oleh siswa kelas 8, serta Rabu dan Sabtu dipakai oleh siswa kelas 9. Mereka belajar dari pukul 07.00 hingga pukul 10.45. Siswa yang tidak belajar secara offline mengikuti pembelajaran secara daring.

Tidak nyaman, memang. Tapi apa boleh buat, untuk sementara, ini yang bisa dilakukan. Bangunan yang rusak parah pascagempa lalu sengaja diruntuhkan agar bisa dibangun kembali dengan struktur yang lebih aman.

Bangunan fisik sekolah masih dalam perbaikan, yang entah kapan selesainya. Belum bisa diprediksikan. Mengapa? Karena sampai sekarang gempa-gempa susulan masih terasa.

"Setiap 3 hari sekali ada getaran gempa sehingga ada perubahan bangunan dan struktur. Jadi, cari amannya kami belajar di tenda," ungkap Agus Nirwan saat menerima kunjungan media.

Belajar dalam kondisi yang tidak nyaman tentu akan memunculkan gangguan psikologis pada anak. Terlebih siswa SMP kelas 9 sebentar lagi akan menghadapi ujian akhir.

Ada beberapa anak yang juga kehilangan anggota keluarga akibat gempa. Belum lagi kondisi rumah rusak yang juga masih dalam perbaikan. Tidak sedikit siswa yang juga masih tinggal di tenda-tenda pengungsian berbaur dengan warga lainnya.

Gangguan psikologis ini bermacam-macam. Ada yang mengalami stress, sedih, marah, kekecewaan yang mendalam, kurang konsentrasi, tidak bergairah, tidak semangat bersekolah, dan lain-lain. Gangguan yang wajar, namun bukan berarti harus dibiarkan tanpa ditangani lebih lanjut.

Guna membantu penanganan psikososial ini, Procter & Gamble (P&G) bersama dengan Save the Children Indonesia dan Dinas Pendidikan Kabupaten Cianjur melakukan aksi tanggap darurat lewat tiga program utama, yaitu Dukungan Psikososial, Pendidikan dalam Situasi Darurat, dan Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB).

Direktur Komunikasi P&G Ovidia Nomia memberikan keterangan (dokpri)
Direktur Komunikasi P&G Ovidia Nomia memberikan keterangan (dokpri)
Program Dukungan Psikososial (Physchosocial Support) adalah program kesehatan mental untuk meningkatkan kesejahteraan psikososial siswa yang terdampak bencana. Program ini juga untuk memperkuat ketahanan dan membantu mereka mengatasi kesulitan selama dan setelah krisis (gempa bumi).

Dukungan program ini dinilai penting, mengingat stres yang berkepanjangan akibat terganggu atau tidak bersekolah, kasus kekerasan, pelecehan, eksploitasi dan penelantaran yang mungkin terjadi selama dan setelah gempa, akan berdampak serius pada jangka panjang,

Termasuk dapat menganggu perkembangan dan pembelajaran siswa serta meningkatkan risiko masalah kesehatan fisik di masa dewasa.

Adapun Program Pendidikan dalam Situasi Darurat (Education in Emergency), adalah program fasilitasi yang bertujuan memastikan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) tetap dapat dilakukan di masa bencana.

Pendidikan keadaan darurat ini juga memberikan perlindungan fisik, psikososial dan kognitif guna memastikan anak-anak dapat belajar secara aman terlepas dari siapa mereka, di mana mereka tinggal atau apa yang sedang terjadi di sekitar mereka.

Sementara itu, Program Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB/Safe School) bertujuan untuk meningkatkan kemampuan satuan pendidikan dalam menanggulangi dan mengurangi risiko bencana, memastikan keberlangsungan layanan pendidikan pada satuan pendidikan yang terdampak bencana. 

Program ini dilakukan melalui implementasi 3 pilar SPAB yaitu Fasilitas Sekolah Aman, Manajemen Bencana di Sekolah, Pendidikan Pencegahan dan Pengurangan Risiko Bencana.

Ketiga program tersebut telah berlangsung sejak Januari 2023 dan akan rampung pada April 2023. Diharapkan dapat menjangkau 300 guru dan 2.300 siswa yang merupakan bagian dari 15 sekolah binaan program "We See Equal" P&G Indonesia di Kabupaten Cianjur.

"Dari total 300 guru tersebut, sebanyak 30 guru yang mewakili sekolahnya diberikan pelatihan untuk dapat menjadi master trainer bagi guru lainnya," kata Presiden Direktur P&G Indonesia Saranathan Ramaswamy.

Program tersebut dilaksanakan oleh tenaga ahli Save the Children Indonesia yaitu dari bidang Mental Health and Psychosocial Support (MHPSS), Child Protection & Education in Emergencies.

Pihaknya berharap dari program tersebut dapat memberikan dukungan mental dan menguatkan para siswa. Selain itu, dapat memberikan semangat belajar di situasi darurat untuk para guru dan seluruh warga sekolah, meskipun sedang dalam masa transisi darurat.

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
"Kami turut prihatin atas musibah bencana alam yang dialami masyarakat di Kabupaten Cianjur pada tahun lalu. Terlebih musibah ini berdampak terhadap masa depan anak-anak dan remaja di Cianjur," ujarnya.

Dikatakan, dampak bencana telah memperparah kondisi pendidikan dan psikososial anak-anak di Cianjur. Membuat mereka lebih rentan terhadap ancaman kekerasan fisik, emosional, dan eksploitasi termasuk kehilangan hak belajar.

Dukungan kesehatan mental dan psikososial, penyediaan kesempatan belajar berkualitas, dan pemahaman tentang satuan pendidikan aman bencana sangat penting untuk memperkuat ketahanan anak-anak di situasi sulit.

Karena itu, lewat dukungan ketiga program tersebut, pihaknya ingin generasi muda Cianjur dapat memperkuat ketahanan mereka di masa sulit ini.

"Sehingga mereka tetap dapat tumbuh dengan psikis dan fisik yang baik dan tetap dapat mendapatkan pendidikan berkualitas dalam situasi normal maupun darurat," katanya.

H. Akib Ibrahim, S.Pd., MM selaku Plt Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga (Disdikpora) Kabupaten Cianjur, menyampaikan apresiasinya atas dukungan yang sudah diberikan P&G Indonesia dan Save the Children Indonesia.

"Saya berharap pemulihan bangunan sekolah bisa dipercepat, agar anak-anak tidak lagi belajar di tenda darurat seperti ini," katanya.

Mewakili masyarakat Cianjur, pihaknya menyampaikan rasa terima kasih atas aksi tanggap darurat yang dilakukan P&G dan Save the Children bagi anak-anak dan guru. Pihaknya berharap dukungan ini dapat mendorong semangat para siswa dan guru untuk kembali bangkit dan pulih di tengah keterbatasan akibat bencana.

"Semoga bantuan ini dapat mengakselerasi proses pemulihan sektor pendidikan, sehingga kegiatan belajar mengajar dapat kembali normal, aman dan nyaman seperti sediakala," katanya.

Ia mengungkapkan, kondisi anak-anak di Cianjur masih memiliki ketimpangan dan keterbatasan kesempatan untuk mengakses berbagai layanan dasar Pendidikan. Terlihat dari Data Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat (Jabar) terkait Rata-rata Lama Sekolah (RLS) tahun 2022.

Ruang guru pun di tenda darurat (dokpri)
Ruang guru pun di tenda darurat (dokpri)
Disdik Jabar melaporkan Kabupaten Cianjur merupakan Kabupaten terendah ketiga di Jawa Barat dengan capaian RLS masih di angka 7.20, dibandingkan dengan rata-rata kabupaten lain di Jabar yang mencapai 8.78 tahun.

Hal ini mengakibatkan anak-anak hanya bersekolah di tingkat SMP selama 1-1.5 tahun, yang berdampak pada rendahnya pencapaian Indeks Pembangunan Manusia.

Atas kondisi ini ditambah dengan kondisi pascagempa, P&G bersama Save the Children Indonesia berkomitmen memberikan kesempatan yang sama bagi anak perempuan dan laki-laki. Mereka harus mendapatkan akses ke layanan pendidikan berkualitas dalam situasi normal maupun darurat, sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup dan masa depan mereka.

Imelda Usnadibrata selaku Head of Education Save the Children Indonesia menambahkan, P&G menjadi perusahaan FMCG pertama yang berkolaborasi bersama Save the Children Indonesia untuk mendukung respon Pendidikan dalam Situasi Darurat secara terintegrasi pascabencana di Kabupaten Cianjur.

Tujuannya untuk meningkatkan kesiapsiagaan bencana dan menjamin keberlanjutan pendidikan dalam situasi darurat. Pihaknya menyakini bantuan tersebut akan memberikan dampak yang berkelanjutan terhadap kehidupan anak-anak di Kabupaten Cianjur.

"Sehingga kami dapat kembali memberi edukasi dan menjalankan program kesetaraan dan inklusivitas 'We See Equal' dalam keadaan tenang, aman dan nyaman," katanya.

Melalui semangat program ini, P&G dan Save The Children berharap agar masyarakat dapat lebih menyadari pentingnya kondisi psikososial anak-anak selama masa krisis yang selama ini belum mendapatkan perhatian penuh.

Dari program ini, pihaknya mengajak masyarakat luas untuk terus menyalurkan dukungan bagi masyarakat Cianjur yang masih berada dalam masa transisi darurat.

Adapun 15 Sekolah Binaan "We See Equal" P&G Indonesia di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat yaitu SMPN 1 Mande, SMPN 3 Cilaku, SMPN 2 Cianjur, SMPN 5 Cianjur, SMPN 1 Cibeber, SMPN 1 Haurwangi, SMP Bina Utama Cipanas, SMP Islam Cendekia, SMPN 2 Karangtengah, SMP Nurul Hidayah Pasundan, SMPN 1 Campaka, SMPN 1 Gekbrong, SMPS Pasundan Cianjur, SMPN 1 Cianjur, dan SMPN 1 Bojongpicung.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun