Mohon tunggu...
Tety Polmasari
Tety Polmasari Mohon Tunggu... Lainnya - ibu rumah tangga biasa dengan 3 dara cantik yang beranjak remaja
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas, insyaallah tidak akan mengecewakan...

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Upaya Keluarga Mencegah Kekambuhan Pasien Gangguan Jiwa

29 Januari 2023   23:00 Diperbarui: 30 Januari 2023   15:40 581
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pendampingan pasien gangguan jiwa| Shutterstock via Kompas.com

Perawat menjelaskan setelah mengalami fase serangan atau fase relaps, pasien akan mengalami penurunan kondisi yang tidak sama lagi dengan kondisi sebelum mengalami serangan gangguan jiwa. Sama halnya seperti pasien nonkejiwaan.

Setelah pasien mengalami fase relaps atau fase krisis gangguan jiwa, baik berupa halusinasi, waham maupun delusi yang parah, pasien mengalami kesulitan dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari dan kembali ke komunitas.

Ketika perawat tengah menjelaskan, mata saya mengarah pada perilaku salah satu pasien yang mengomong sendiri dan tertawa sendiri. Dia bercakap-cakap dengan gambar yang tergantung di dinding lalu tertawa lepas. Oh seperti ini kondisi yang saya lihat di film atau sinetron.

Saya kembali mendengarkan penjelasan perawat. Katanya, peran keluarga penting karena pasien mampu memperoleh kesembuhan yang lebih cepat dan mampu mempertahankan pemulihan gangguan jiwa atau mencegah kekambuhan yang dialami jika keluarga mampu memberikan dukungan yang optimal.

Misalnya sering berkomunikasi tentang hobi, hal-hal yang disukai, atau pengalaman-pengalaman yang menyenangkan pasien. Atau juga mendengarkan keluh kesah pasien.

Selain itu, mampu menyimpan rahasia atau hal-hal yang diceritakan pasien, bersikap empati atau memahami perasaan dan pikiran pasien. Bisa juga berdiskusi dengan pasien untuk memberikan solusi yang tepat dan logis.

Keluarga atau orangtua perlu juga memberikan apresiasi berupa pujian, pelukan, hadiah atas usaha pasien dalam penyembuhannya. Harus juga bisa menunjukkan ekspresi emosi yang positif, memberikan nasihat jika diperlukan dengan bahasa yang netral atau tidak memihak.

Tidak pula melabeli atau menilai pasien dengan kata-kata yang kurang positif. Keluarga membiarkan pasien meluapkan kesedihan dengan cara yang tepat, misalnya menangis atau bercerita, kemudian menanggapinya dengan tepat. 

Perlu juga mengajaknya berinteraksi dengan lingkungan sosialnya atau berkunjung ke keluarga besarnya.

Setelah mendengar penjelasan perawat, kawan saya menandatangi beberapa berkas. Saya sendiri mengamati ruangan ini dengan penuh antusias. Di dinding ada beberapa tulisan berupa harapan pasien yang digantung.

"Jumat depan kontrol ya Bu. Selanjutnya nanti bagaimana rekomendasi dokter yang memeriksanya," kata perawat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun