Jadi, saya pun mengiyakan saran kawan saya. Kebetulan, dia juga mau ke Stasiun Tanah Abang.
Kawan saya lantas mengajak Evien untuk ke Stasiun Tanah Abang juga. Ia bilang, dari Tanah Abang naik yang ke Angke. Turun deh di Stasiun Angke tinggal naik ojek.
"Sama aja kan, loe naik busway ke Jakarta Kota, terus naik ojek juga. Halte busway ke Kota dari sini juga lumayan jauh. Loe kudu naik dari Halte Bank Indonesia," kata Ashri.
Jadilah kami bertiga memutuskan naik bus Transjakarta 9D rute Pasar Minggu - Tanah Abang. Bus Tj ini menggantikan rute Metromini S640 Pasar Minggu - Tanah Abang. Bus reguler non-BRT Â ini menghubungkan jalan-jalan strategis di Jakarta Selatan dan Jakarta Pusat.
Adapun kawasan yang dilalui bus ini yakni Jalan Pejaten, Pancoran, Jalan Gatot Subroto, Jalan Jenderal Sudirman dan Jalan MH Thamrin. Ya, tidak beda jauh dengan rute yang dilalui Metromini S640 di masa-masa jayanya.
Karena ini bus non BRT, jadi bus tidak berhenti di halte-halte khusus di jalur busway. Tapi, jika ingin transit bisa saja sih. Seingat saya bus ini berhenti di halte Karet - Sudirman dan di halte Kuningan Barat. Jadi, kalau mau transit ya di dua halte itu.
Trayek 9D ini sejatinya sudah lama beroperasi. Mulai mengaspal pada 20 Maret 2017. Jadi, hampir 6 tahunlah. Hadir untuk menggantikan Metromini 640 yang dipaksa harus pensiun dari jalanan ibukota.
Tapi, saya sangat jarang naik bus Transjakarta 9D ini. "Trauma" saja. Soalnya rute-rute yang dilaluinya termasuk "jalur neraka", terlebih jika di jam-jam pulang kantor. Bisa berjam-jam stag di jalanan karena macet.
Mulai dari Thamrin hingga Pasar Minggu. Terlebih pas di Pancoran menuju pertigaan Vespa yang menuju Stasiun Pasar Minggu Baru. Â "Menyeramkanlah" pokoknya. Bisa menguras energi dan emosi.
Pernah saya naik dari Halte Semanggi sampai Stasiun Pasar Minggu, bus berjalan tersendat karena macet. Berjam-jam. Padahal, itu belum sore-sore banget, belum jam pulang kerja. Sejak itu, saya tidak mau lagi naik ini. Kapok.