Usai makan kami pun mengitari area market yang berjualan macam-macam. Setelah dilihat-lihat tidak ada yang sesuai selera anak saya. Kecuali bocil minta dibelikan tas samping berkarakter kelinci seharga Rp35.000.Â
Lalu kami pun keluar. Di area Taman Fatahillah sudah dipenuhi pengunjung yang ingin bermalam mingguan. Fatahillah adalah nama seorang tokoh yang berhasil merebut Sunda Kelapa dari tangan Portugis.
Ada yang berdua dengan pasangan, ada yang bersama teman-teman, ada yang bersama keluarga. Mereka duduk lesehan. Ada yang sambil makan yang dibawa dari rumah. Ada yang mengobrol. Ada yang mendengarkan live music oleh pemusik jalanan.
Ada juga yang shalat isya berjamaah lalu dilanjutkan dengan tausyiah bertajuk "Kota Tua Berdzikir untuk Indonesia" yang dibawakan oleh seorang habib. Wah keren juga nih bisa mengadakan kegiatan ini di tengah keriuhan yang ada. Apakah ada yang menyimak? Ternyata banyak juga. Sambil lesehan, mereka mendengarkan tausyiah. Masyaallah.
Masih di area ini, berderet beragam costplay dengan beragam karakter. Ada Noni Belanda, ada pahlawan nasional, ada para pejuang, dan lain-lain. Kita bisa berfoto bersama karakter-karakter ini. Tarifnya seikhlasnya. Anak saya pun berfoto dengan Noni Belanda bernama Alieda van Vherden, lalu lanjut dengan Noni Belanda bernama Ratu Wilhemina.
Perjalanan kami lanjutkan menyusuri lorong yang biasanya mangkal berkaitan dengan seni atau art. Ada pelukis-pelukis jalanan, pembuat tatto, pembuat henna, pengukir nama di cincin, dan lain-lain.
Tadinya mau mampir di Magic Art 3D Museum. Bagus nih buat foto-foto. Harga tiket masuk untuk anak-anak Rp40.000, dewasa Rp80.000. Tapi di hari itu ada diskon. Eh ternyata sudah tutup.
Akhirnya, beralih ke pelukis sketsa. Anak saya ingin dibuatkan sketsa. Setelah saya tanya berapa tarifnya, dijawab Rp50.000 per kepala. Mau satu orang, dua orang, tiga orang, hitungannya per kepala. Jika 3 orang dalam satu kertas gambar tarifnya berarti Rp150.000.
Untuk membuat sketsa, bisa ditunggu. Waktunya antara 15 menit - 30 menit, tergantung tingkat kerumitan. Saya amati sketsa anak saya tidak sampai 30 menit. Wajar cepat, wong pelukisnya sudah 30 tahun menekuni profesinya ini dan membuka lapak di Kota Tua.
Selain sketsa, bisa juga melukis wajah dari foto, bisa berwarna, bisa hitam putih, tapi ini tidak bisa ditunggu. Butuh waktu agak lama untuk menyelesaikannya. Jadi, sambil menunggu kita bisa mengelilingi area Kota Tua.