Begitu pantun yang dibacakan ketika akan memasuki Stasiun Cikini. Lalu dilanjutkan dengan pantun yang tanggung juga. Kita semua manusia-manusia kuat yang akan menjadi manusia-manusia hebat. Ini sih lebih tepatnya nasihat ya bukan pantun.
Sesampainya di Stasiun Cikini saya pun turun. Tidak lupa masinis mengingatkan "kereta pertama dan terakhir khusus untuk penumpang wanita. Bagi laki-laki yang dirinya masih laki-laki jangan sampai salah naik ya".
Saya senyum-senyum sendiri. Kreatif juga nih PT KAI berinterasi dengan penumpang lewat pantun. Ada suasana lain jadinya. Kalau bisa pantunnya diperbanyak dengan beragam genre mengingat penumpang kereta juga beragam suasana hati. Siapkan pantun percintaan, jenaka, nasihat, teka-teki, dan pantun kiasan.Â
Pantun-pantun yang isinya jenaka bisa lho menjadi obat stress juga. Orang yang lagi sedih jika menyimak pasti tersenyum. Orang yang lagi kesal jika mendengar pantun-pantun yang dibacakan pasti hatinya luruh.Â
Orang yang lagi jatuh cinta bisa jadi akan mengutip pantun-pantun untuk menarik perhatian calonnya.
Kalau perlu di setiap kereta relasi mana saja juga dibacakan pantun biar ada suasana baru. Kan tahun baru. Jadi harus ada inovasi baru.
Demikian.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H