Pohon randu banyak durinya
Tangan bermain kaki melangkah
Sambutlah hari dengan gembira
Semoga kita selalu mendapat berkah
Begitu pantun yang dibacakan ketika kereta akan memasuki Stasiun Pasar Minggu. Setelah membaca pantun, masinis kembali meminta penumpang untuk berhati-hati saat melangkah dan memperhatikan barang bawaannya jangan sampai tertinggal.
Ambil mangga dengan galah
Karena tinggi pohonnya
Jangan pernah mudah menyerah
Karena proses tidak mengkhianati hasilnya
Masinis kembali membacakan pantun yang lain saat kereta memasuki Stasiun Cawang. Setelah membaca pantun, masinis mengulang imbauan-imbauan sebelumnya. Â "Karena penyesalan timbulnya belakangan," katanya.
Kereta pun kembali melaju. Saya tetap menyimak. Ketikan saya tunda. Nanti saja diselesaikan. Saya tidak mau ketinggalan mengetik pantun-pantun yang dibacakan masinis.
Sambil menyampaikan pengumuman-pengumuman, masinis membacakan pantun yang terdengar oleh saya seperti "menggantung" saat kereta memasuki Stasiun Tebet.
"Tidak senyaman jatuh dalam pelukannya," begitu bunyinya. Menggantung banget kan? Maksudnya apa coba? Atau terlewat saja oleh saya? Di saat masih agak bingung, kereta kembali melaju. Lalu terdengar pantun.
Putus cinta sungguh sakit
Tidak seindah pada pandangan pertama
Sebentar lagi kereta akan transit
Hati-hati, sampai berjumpa
Pantun yang dibacakan ketika kereta akan memasuki Stasiun Manggarai. Ya, sebagaimana kita ketahui, Stasiun Manggarai adalah stasiun transit bagi penumpang yang relasi Tanah Abang dan Bekasi. Begitu pula sebaliknya jika menuju relasi Bogor atau Kota dari Tanah Abang atau Bekasi.
Setelah "ngetem" di Stasiun Manggarai, kereta pun melaju ke stasiun berikutnya. Masinis sepertinya tidak bosan untuk mengingatkan penumpang untuk tetap memakai masker, tidak mengobrol, dan tidak menelepon.
Hujan-hujan baju basah
Takut petir juga gempa
Sebentar lagi kita berpisah
Semoga kita kan kembali berjumpa