Mohon tunggu...
Tety Polmasari
Tety Polmasari Mohon Tunggu... Lainnya - ibu rumah tangga biasa dengan 3 dara cantik yang beranjak remaja
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas, insyaallah tidak akan mengecewakan...

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Mengejar Matahari

2 Januari 2023   20:29 Diperbarui: 2 Januari 2023   20:30 523
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di luar hujan turun semakin deras. Petir menggelegar. Saling bersahutan. Menunggu reda takkunjung reda. Kami pun berpayung menuju tenda. Sudah bisa dipastikan, kami tidak bisa lagi mengejar matahari.

mengintip hujan yang turun deras (dokumen pribadi)
mengintip hujan yang turun deras (dokumen pribadi)

"Ayo kita siap-siap keluar dari area ini sebelum air pasang. Daddy ambil mobil dulu pindahin ke sini biar gampang pindahin barang," kata suami.

Suami melihat air laut kian naik ketika melihat perahu yang lama kelamaan naik. Sebagai bentuk kewaspadaan, suami pun mengajak kami untuk "mengungsi". Ya, tidak jadi deh naik gondola untuk mengejar matahari. 

Sementara suami ke parkiran, kami merapikan barang-barang bawaan kami. Ketika mobil tiba, kami memindahkan barang. Selesai, tinggal tenda yang belum dirapikan. Suami meminta saya dan anak-anak tetap di mobil. 

"Urusan tenda biar Daddy. Tanggung juga baju basah. Percuma pakai payung. Sekalian hujan-hujan aja. Nanti tolong siapin baju ganti Daddy, celana pendeknya juga," kata suami.

Setelah melipat tenda sekenanya, lalu ditaruh di depan. Suami berganti baju, kemudian tancap gas meninggalkan area pantai. Hingga keluar dari gerbang TIJA, hujan kian deras. 

Sesampai di rumah langit tetap kelabu. Hujan mulai agak reda tapi bukan berarti berhenti. Sepertinya mengejar matahari di hari ini saya tuntaskan sampai di sini saja. Berharap besok, semburat mentari menghangatkan bumi. Kalau tidak besok, ya lusa, atau keesokan harinya, tidak pernah putus asa untuk berharap.

Di sini ada satu kisah
Cerita tentang anak manusia
Menantang hidup bersama
Mencoba menggali makna cinta

Tetes air mata
Mengalir di sela derai tawa
Selamanya kita
Tak akan berhenti mengejar matahari

Tajamnya pisau takkan sanggup
Goyahkan cinta antara kita
Menembus ruang dan waktu
Menyatu di dalam jiwaku

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun