Sebagai industri yang bergerak di sektor FMCG (Fast Moving Consumer Good), tentunya sangat erat kaitannya dengan permasalahan lingkungan, dimulai dari level produksi hingga level konsumen.Â
Pada level konsumen, P&G Indonesia menyadari sampah-sampah yang dihasilkan seperti sampah plastik tentunya sulit terurai dan telah menjadi momok bagi lingkungan.Â
Ia mengungkapkan, sampah plastik seperti sampah sachet atau sampah multilayer membutuhkan lebih dari 60 tahun untuk diurai oleh lingkungan. Tentunya permasalahan ini menjadi persoalan utama bagi industri sebagai manufacturing.Â
Masalah sampah HDPE atau High-Density Polyethylene yang digunakan sebagai botol deterjen dan botol shampoo juga menjadi isu lingkungan. Â Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta menyebutkan sampah jenis ini di Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Bantargebang bisa mencapai 7.000-8.000 ton per hari.Â
"Namun, sebenarnya 80% sampah-sampah tersebut dapat didaur ulang, digunakan kembali melalui proses recycling," ujarnya.Â
Karena itu, perusahaan juga memikirkan bagaimana dapat mengatasi permasalahan ini namun tetap menjalankan bisnis kita dan memberikan dampak positif kepada masyarakat.Â
Keresahan ini mendorong P&G Indonesia mengambil langkah melalui program Conscious Living P&G. Program ini ingin mengajak masyarakat, baik dari internal P&G dan masyarakat awam untuk lebih sadar (conscious) dalam penanganan sampah.Â
Ia berkisah, awalnya bergerak dengan menjalankan satu program Green Plant atau Green Manufacturing. Program ini bermula dari test and learn pada komunitas yang paling kecil, yaitu karyawan P&G itu sendiri.Â
Tujuannya untuk mendapatkan masukan dari karyawan. Jika program ini sukses berjalan, maka dilaksanakan program eksternal dengan kapasitas yang lebih luas. Dari sana banyak sekali inisiatif mulai dari pengelolaan karbon emision, hingga pengelolaan air di manufaktur kita.Â
"Program Conscious Living ini adalah program pengelolaan sampah, dimulai sampah organik sampai anorganik, terutama sampah plastik, sachet, multilayer dan sampah HDPE," jelasnya.Â
Ternyata, antusias karyawan sangat besar. Program ini pun dibawa ke cakupan  yang lebih besar lagi. Tentunya bekerjasama dengan retailer dan customer untuk terlibat dengan shopper.Â