Mohon tunggu...
Tety Polmasari
Tety Polmasari Mohon Tunggu... Lainnya - ibu rumah tangga biasa dengan 3 dara cantik yang beranjak remaja
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas, insyaallah tidak akan mengecewakan...

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Industry Sustainability Festival 2022, Berbagi Cara Mengolah Sampah Menjadi Energi Terbarukan dan Bernilai Ekonomi

8 Desember 2022   10:44 Diperbarui: 8 Desember 2022   10:55 360
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi P&G Indonesia

Sebagai industri yang bergerak di sektor FMCG (Fast Moving Consumer Good), tentunya sangat erat kaitannya dengan permasalahan lingkungan, dimulai dari level produksi hingga level konsumen. 

Pada level konsumen, P&G Indonesia menyadari sampah-sampah yang dihasilkan seperti sampah plastik tentunya sulit terurai dan telah menjadi momok bagi lingkungan. 

Ia mengungkapkan, sampah plastik seperti sampah sachet atau sampah multilayer membutuhkan lebih dari 60 tahun untuk diurai oleh lingkungan. Tentunya permasalahan ini menjadi persoalan utama bagi industri sebagai manufacturing. 

Masalah sampah HDPE atau High-Density Polyethylene yang digunakan sebagai botol deterjen dan botol shampoo juga menjadi isu lingkungan.  Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta menyebutkan sampah jenis ini di Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Bantargebang bisa mencapai 7.000-8.000 ton per hari. 

"Namun, sebenarnya 80% sampah-sampah tersebut dapat didaur ulang, digunakan kembali melalui proses recycling," ujarnya. 

Karena itu, perusahaan juga memikirkan bagaimana dapat mengatasi permasalahan ini namun tetap menjalankan bisnis kita dan memberikan dampak positif kepada masyarakat. 

Ariandes Veddytarro (Dokumentasi P&G Indonesia)
Ariandes Veddytarro (Dokumentasi P&G Indonesia)
Keresahan ini mendorong P&G Indonesia mengambil langkah melalui program Conscious Living P&G. Program ini ingin mengajak masyarakat, baik dari internal P&G dan masyarakat awam untuk lebih sadar (conscious) dalam penanganan sampah. 

Ia berkisah, awalnya bergerak dengan menjalankan satu program Green Plant atau Green Manufacturing. Program ini bermula dari test and learn pada komunitas yang paling kecil, yaitu karyawan P&G itu sendiri. 

Tujuannya untuk mendapatkan masukan dari karyawan. Jika program ini sukses berjalan, maka dilaksanakan program eksternal dengan kapasitas yang lebih luas. Dari sana banyak sekali inisiatif mulai dari pengelolaan karbon emision, hingga pengelolaan air di manufaktur kita. 

"Program Conscious Living ini adalah program pengelolaan sampah, dimulai sampah organik sampai anorganik, terutama sampah plastik, sachet, multilayer dan sampah HDPE," jelasnya. 

Ternyata, antusias karyawan sangat besar. Program ini pun dibawa ke cakupan  yang lebih besar lagi. Tentunya bekerjasama dengan retailer dan customer untuk terlibat dengan shopper. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun