***
Masuk masa pubertas, wajar saja sih remaja mulai tertarik dengan lawan jenis. Ketika dilarang pacaran oleh orang tuanya, tidak jarang ada anak yang nekat dengan menjalani pacaran backstreet alias pacaran diam-diam.
Pacaran backstreet pada remaja ini biasanya karena rasa takut terhadap orang tua. Â
Saya sendiri melarang anak-anak saya untuk pacaran. Selain tidak diperbolehkan oleh agama karena perbuatan yang mendekati zina, juga khawatir akan mengganggu pendidikannya.
Kan masa pacaran itu tidak melulu selalu indah. Ada juga yang menyakitkan. Nah, apakah hati sudah cukup kuat menghadapi itu di saat emosi dan pikiran belum stabil? Tanpa pemikiran yang matang, remaja jadi rentan mengambil keputusan yang keliru.
Sebetulnya, selama anak tahu batas diri dan jujur kepada orang tua, mungkin orang tua akan sedikit melonggarkan. Bagaimanapun menyukai lawan jenis adalah salah satu tahapan yang akan dilewati remaja saat pubertas.
Nah, bagaimana jika orang tua akhirnya mengetahui anaknya pacaran secara diam-diam itu? Saya sih belum mendapati kedua anak saya memiliki rasa suka-sukaan pada lawan jenisnya. Bilangnya sih belum, tapi entahlah kalau secara diam-diam.
Kalau ini terjadi, saya akan mengajaknya mengobrol dengan santai. Membicarakan batasan berpacaran. Bercerita sejatinya dalam ajaran yang kami anut tidak ada istilah pacaran. Dilarang berpacaran maksudnya baik demi menjaga kebaikan bersama.
Saya akan melibatkan diri mengingat emosi orang dewasa jelas lebih matang daripada anak remaja. Melibatkan diri bukan berarti ikut campur atau mengganggu hubungan mereka.
Tapi bisa dengan bertanya mengenai apa yang mereka sukai dan tidak sukai dari pasangan. Jadi, akan terbentuk kejujuran dan kepercayaan terhadap orang tua.
Saya sih berharap anak-anak saya tidak berpacaran saat masih sekolah. Wong saya saja dulu tidak pacaran. Menikah dengan suami saja setelah melalui proses perkenalan selama 6 bulan, di bulan ke-7 lamaran, di bulan ke-8 merit deh.