"Bunda, bagi uang," kata si bocil semalam. Ini permintaan yang kesekian yang saya dengar.
"Buat apa?" tanya saya.
"Aku mau beli coklat, buat hari guru besok," katanya.
Anak bungsu saya ini kelas 5 SD di SDN Depok 01, Pancoran Mas, Kota Depok, Jawa Barat. Ia bercerita jika 2 kawan dekatnya bikin sesuatu yang terlihat olehnya sangat bagus.Â
"Bagus deh Bun, buatannya Ara," katanya.Â
Jadi, mungkin dia merasa "tertantang" untuk melakukan hal serupa. Saya berpandangan, anak saya dengan niatnya memberikan sesuatu pada wali kelas, setidaknya ia bisa menghargai bagaimana perjuangan sang guru dalam mendidiknya dan mengajarkannya berbagai ilmu.
Saya pun memberinya uang dan mewanti-wanti untuk belanja sesuai yang diperlukan. Jangan yang lain. Pulangnya, anak saya membawa satu pouch coklat Dylan, double tape, dan kertas kado.
Ternyata anak saya mau bikin buket. Dia mau bikin 2 buket. Satu berisi buku dan coklat, satu lagi berisi peralatan tulis seperti 3 spidol white board, 2 pensil standard 2B, 1 penggaris, dan 1 pulpen.
Kecuali coklat, isi-isi buket yang lain diambilnya dari stok yang ada di lemari. Mengapa dipilihnya spidol? Padahal saya sudah menawarinya satu set alat tulis yang bagus dalam wadah kotak yang terbuat dari kulit.
"Habis spidolnya Pak Tukin (nama wali kelasnya) udah nggak nyata masih dipakai-pakai saja. Daripada didikte, harus dibaca berulang-ulang, kan capek, ya sudah kasih spidol aja ini," jelasnya.
"Memangnya untuk beli spidol harus pakai uang sendiri ya?" tanyanya.
"Nggak tau juga soal itu. Sepertinya sih disediakan dari sekolah," jawab saya.
Anak saya lalu berkutat dengan fokusnya. Menggunting karton, styrofoam, dan sapu lidi. Berpedoman pada tutorial yang dilihatnya di Tiktok, ia berusaha membuatnya. Tapi terlihat selalu gagal.
"Bunda, tolong bantuin," katanya dengan wajah kusut.Â
Padahal, waktu sudah menunjukkan pukul 21.00, sementara hari ini anak saya dijemput pukul 05.15 karena pukul 07.00 pembelajaran diawali dengan upacara Hari Guru yang diperingati setiap 25 November.
Saya pun mencoba membantunya. Membayangkan rupa buket seperti yang diinginkannya. Terus terang saya juga belum pernah bikin buket. Sering lihat sih. Jadi, saya tertantang juga. Terlebih ini mengandalkan sisi kreatifitas.
Meski tubuh saya agak kurang fit dan tulang belulang terasa nyeri, saya mulai menggunting karton berbentuk kerucut wayang yang sudah digarisi anak saya. Kemudian kartonnya saya tempelkan dengan kertas warna warni.
Selanjutnya, saya ditempelkan di buku yang sudah dibungkus kertas coklat. Baru 10 bungkus coklat Dylan saya tata sedemikian rupa. Saya rekatkan pakai isolatif, lalu ditempelkan dengan pita. Selesai deh.
"Begini, De, maksudnya? Bagus nggak?" tanya saya.
"Iya, Bund, bagus banget. Bunda memang ahlinya," serunya kegirangan.
Lanjut ke buket kedua. Mengikuti tutorial 'buket hari guru' di Tiktot, saya merekatkan karton yang sudah digunting anak saya, mengelilingi potongan stroyfoam berbentuk persegi.
Saya rekatkan pulpen ke batang lidi lalu ditancapkan ke stayrofoam. Begitu pula dengan spidol, pencil, penggaris, dengan cara yang sama.
Setelah itu, tempelkan kertas kado di bagian belakang. Menempelkan potongan kertas kado lain yang dilipat agar buket terlihat mengembang. Menutup bagian bawah dengan kertas kado. Melipat kertas kado membentuk kipas, tempelkan. Terakhir tempelkan pita deh. Selesai.
"Begini, De? Bagus nggak?" kata saya.
"Bagus, Bun," serunya sambil mengambil buket dari tangan saya.
Senyumnya mengembang. Kemudian dia menyimpan kedua buket itu ke dalam tas kertas. Kolaborasi orang tua dan anak berjalan dengan baik.
"Bunda kalo cape, istirahat aja, biar ini aku yang beresin," katanya seraya menyapu lantai yang berantakan.
Terus terang punggung saya mulai terasa sakit. Rasanya ingin langsung segera merebah meluruskan punggung. Sayang, saya tidak terpikirkan untuk memotret buket tersebut. Saya langsung ke kamar dan merebah.
Tadi, di group orangtua dishare foto-foto saat anak-anak memberikan hadiah sebagai ungkapan terima kasih kepada wali kelas. Ada juga yang membuat buket dengan isi berbeda. Ada yang membawa tumpeng snack juga.
"Assalamu'alaikum.... Terimakasih Korlas kelas 5A, bapak dan ibu orang tua siswa kelas 5 seluruhnya serta siswa/siswi kelas 5 yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, namun Insya Allah tidak mengurangi rasa hormat saya.
Terima kasih saya ucapkan atas apresiasinya di hari ulang tahun guru yang ke-77, semoga apa yang bapak dan ibu serta anak-anak perbuat mendapatkan ridho dari Allah serta dicatat sebagai amal ibadah oleh Allah. Salam kompak untuk Korlas dab orang tua/wali siswa kelas 5," begitu pesan WA Wali Kelas di group.
Ucapan Hari Guru pun mengalir dari wali murid. Happy teachers' Day 2022! We thank you today and every day!, Selamat Hari Guru Teruslah membimbing dan mendidik dengan hati penuh cinta kasih ... Baarakallaahu fiik.
Dalam perayaan Hari Guru Nasional tahun ini, pemerintah mengusung tema "Serentak Berinovasi, Wujudkan Merdeka Belajar". Tema itu dimaksudkan agar dapat terus mengobarkan semangat para guru untuk terus berinovasi dalam mewariskan ilmunya demi mewujudkan SDM yang unggul dan berkualitas.
Selamat Hari Guru buat semua guru di Tanah Air. Tidak ada kata yang cukup untuk berterima kasih karena telah menjadi guru terhebat. Tanpa arahan dan dukungan para guru, tentu kita tidak akan seperti saat ini. Semoga semua sehat selalu dan senantiasa dalam perlindungan Allah SWT.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H