Mohon tunggu...
Tety Polmasari
Tety Polmasari Mohon Tunggu... Lainnya - ibu rumah tangga biasa dengan 3 dara cantik yang beranjak remaja
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas, insyaallah tidak akan mengecewakan...

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Mendata Warga, Petugas Regsosek 2022 Didampingi Tetangga

3 November 2022   14:54 Diperbarui: 4 November 2022   07:20 395
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Assalamu'alaikum, Bu Tety...," terdengar suara tetangga saya memberikan salam di siang hari kemarin, Rabu 2 November 2022.

"Wa'alaikumsalam. Tunggu sebentar," jawab saya.

Saya segera beranjak dari sofa di ruang tamu, lalu mencari kerudung saya. Kemudian saya ke kamar mengambil Kartu Keluarga.

Ya, sebelumnya, tetangga saya ini, sudah menginformasikan di group warga jika nanti ada petugas sensus. Para warga dimohon untuk menyiapkan Kartu Keluarganya.

"Wah, Bu Ratna, aku lagi di dokter gigi ini, nggak ada di rumah," timpal seorang warga membalas chat tetangga saya ini.

Saya sudah menduga, tetangga saya ke rumah untuk keperluan yang disampaikannya itu. Terlebih, ia datang tidak sendiri. Di sampingnya, ada seseorang pemuda dengan menenteng semacam papan map. Saya menduga pasti itu petugasnya. Dan, dugaan saya ternyata benar.

"Silakan masuk Ibu Ratna. Silakan duduk," kata saya.

"Ini Kartu Keluarga saya," kata saya ketika keduanya duduk di ruang tamu.

Nama petugas sensus ini adalah Araz Farizi. Dia menunjukkan id card-nya ketika saya menanyakan namanya. Ia menuturkan selama sebulan ini, setidaknya hingga 14 November, dia mendapat tugas untuk mendata warga. Ini ada kaitannya dengan program pendataan Regsosek 2022 atau Registrasi Sosial Ekonomi 2022.

Tapi dia tidak sendiri. Berhubung di Kompleks Permata Depok, Pondok Jaya, Kota Depok, Jawa Barat, ada 12 RT, maka ada satu petugas yang ditempatkan di masing-masing RT. Itu artinya, ada 12 petugas yang melakukan pendataan warga Permata Depok.

"Wah kalau saya yang menghandle semua warga di Permata Depok, ya tidak mungkin juga, Bu," katanya tersenyum.

Petugas diberi waktu sebulan karena bisa jadi warga yang didatangi belum tentu ada di tempat. Kalaupun ada di rumah, belum tentu dibukakan pintu. Sekalipun dibukakan pintu belum tentu warga menerimanya dan mempersilakannya masuk.

Ya, seperti yang dialami petugas sensus yang mendatangi rumah saya ini. Bisa dimaklumi sih secara kan banyak peristiwa penipuan dan kejahatan dengan beragam modus. Jadi menurut saya, itu sih lebih sebagai bentuk kewaspadaan saja. Bukan tidak ingin menyukseskan program pemerintah ini.

Itu sebabnya, petugas Ragsosek 2022 ini pun didampingi oleh tetangga saya yang bernama Tri Ratna Sulistyani (sayang saya tidak mendokumentasikan kehadirannya)

Tetangga saya ini memang warga yang paling aktif, paling berjiwa sosial, paling sibuk untuk urusan kepentingan warga. Tidak ada satupun tetangga atau warga yang tidak mengenalnya sekalipun beda RT. Orangnya baik dan peduli pada sesama.

Lantas apa yang membedakan data sensus sebelumnya dengan Regsosek? Sebenarnya sih tidak beda jauh. Hanya, untuk data di Regsosek ditambahkan indikator pekerjaan dan kesehatan. Jadi lebih detil saja. Kalau sensus penduduk yang didata berupa identitas diri, jumlah anggota keluarga, pendidikan, pekerjaan dan penghasilan.

"Regsosek ini adalah upaya pemerintah untuk membangun data kependudukan tunggal, atau satu data. Dengan data tunggal, pemerintah dapat melaksanakan berbagai programnya secara terintegrasi, tidak tumpang tindih, dan lebih efisien," jelas petugas.

Untuk pengumpulan data petugas menggunakan metode door to door dengan moda paper and pencil interviewing (PAPI).  Sering juga disebut wawancara tatap muka menggunakan kuesioner cetak.

Petugas lantas menanyakan berbagai hal kepada saya. Di antaranya, apakah nama-nama yang tertera di Kartu Keluarga tinggal bersama, apa pekerjaan suami saya, apa juga jenis pekerjaan suami saya.

"Suami kerja di bidang apa?" tanyanya yang saya jawab bidang kesehatan.

"Suami Ibu tenaga kesehatan?" tanyanya lagi.

"Bukan. Suami saya bukan dokter, bukan perawat, bukan tenaga kesehatan lain. Tapi suami saya kerja di rumah sakit di bagian coorporate-nya," jelas saya.

"Iya, Bu, seperti halnya kerja di perbankan bukan berarti dia ahli perbankan dan keuangan. Bisa jadi dia di bagian administrasi, bagian legal, dan lainnya," timpalnya.

Petugas melanjutkan pertanyaan apakah semua nama yang tercantum di KK aktif sebagai peserta BPJS Kesehatan, apakah suami peserta BPJS Ketenagakerjaan?

Pertanyaan lainnya apakah suami memiliki asuransi kesehatan selain BPJS Kesehatan? Berapa watt daya listrik yang digunakan, apakah di rumah memasang WiFi, berapa luas tanah dan bangunan yang ditempati?

"Apakah memiliki aset tanah atau rumah selain yang ditempati ini?" tanya petugas.

"Paling adanya tanah warisan," jawab saya. Dan, jawaban ini bukan yang dimaksud atas pertanyaan tersebut.

"Berarti tidak ada ya, Bu," katanya sambil menuliskan sesuatu di kolom pertanyaan.

Lanjut ke pertanyaan berikutnya, apakah punya mobil, apakah punya motor? Tanpa dijawab pun petugas sudah bisa mengetahuinya. Karena di garasi sebelah kiri terparkir mobil Land Rover, Bighorn, dan motor. Sementara di garasi sebelah kanan terparkir mobil jenis Toyota dan motor.

"Kalau di rumah, memasak menggunakan gas Bu, gas ukuran apa?" tanyanya, yang saya jawab gas ukuran 3 kg.

Saya bilang pakai gas ukuran 3 kg gara-garanya waktu lebaran yang entah tahun kapan, saat suami berkeliling mencari gas ukuran 12 kg tidak ada, adanya gas melon. Ya, sudah suami akhirnya memutuskan beli daripada saya tidak bisa masak sama sekali.

"Eh, keterusan sampai sekarang. Nggak boleh ya?" tanya saya karena yang saya tahu gas 3 kg atau gas melon itu diperuntukkan untuk warga miskin. Tapi tetap saya pakai karena ternyata gas melon ini lebih hemat dibandingkan gas 12 kg, baik dari segi harga maupun pemakaian.

"Boleh. Nggak apa-apa Bu. Saya cuma mendata saja," jawab petugas tersenyum.

Pertanyaan lain yang diajukan apakah ada penyakit serius yang diidap anggota keluarga?

"Paling saya, penyintas kanker. Sudah dioperasi tahun 2018, tapi masih rutin kontrol tiap bulan," jawab saya.

"Kalau suami?" tanyanya.

"Suami waktu Juni lalu terkena serangan jantung," jawab saya.

Petugas terlihat memberikan catatan di lembaran kertas yang dipegangnya dengan menggunakan pensil. Ia kemudian menanyakan beberapa hal lainnya, seperti pendidikan terakhir saya dan suami, juga pendidikan anak-anak termasuk di kelas berapa

"Kalau Ibu pekerjaannya apa?" tanyanya.

"Kalau saya mah lebih banyak di rumah, tapi sering nulis-nulis juga," jawab saya tanpa merinci jenis pekerjaan saya.

Setelah mencatat sejumlah pertanyaan yang diajukannya itu, saya pun diminta untuk menandatanganinya, termasuk mencantumkan nomor HP saya.

Petugas menjelaskan data Regsosek ini dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas berbagai layanan pemerintah seperti pendidikan, bantuan sosial, kesehatan, hingga administrasi kependudukan.

"Oh, berarti saya bisa dapat bantuan sosial dong?" tanya saya tertawa.

Ya, iyalah, saya harus tahu diri juga dengan kondisi keekonomian saya. Petugas dan tetangga saya pun tertawa.

"Bisa saja sih diajukan tapi kan nanti disurvey lagi, layak atau tidak, tepat atau tidak," jawab petugas.

Pendataan itu tidak sampai 15 menit. Setelah itu, petugas dan tetangga saya pun undur diri. Lanjut mendata warga lainnya. 

"Terima kasih ya," kata saya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun