Terpenting, daging, ikan, dan telur harus dalam kondisi masih segar dan dalam keadaan baik. Ketiga bahan makanan ini harus dimasak sampai benar-benar matang untuk membunuh bakteri.
2. Menghindari pemberian hati karena dapat meracuni tubuh bayi. Informasi ini juga tidak benar. Hati justru menjadi salah satu sumber zat besi yang baik untuk bayi.
Zat besi berperan penting dalam pembentukan hemoglobin atau komponen sel darah merah. Hemoglobin berfungsi membawa oksigen ke seluruh tubuh. Juga mencukupi asupan zat besi yang dapat menunjang pertumbuhan dan perkembangan saraf dan otak bayi.
3. Menghindari makanan yang berpotensi menyebabkan alergi. Informasi ini juga keliru. Berdasarkan penelitian menunda pengenalan makanan yang berpotensi menyebabkan alergi justru dapat meningkatkan risiko bayi untuk terkena alergi makanan tersebut.
Supaya risiko si kecil terkena alergi makanan bisa berkurang, saya dianjurkan untuk memberikannya makanan yang sering memicu alergi, seperti telur, ikan, kacang, kerang, secara bertahap dan sedini mungkin.
Tentu saja dengan tetap memantau kondisi bayi untuk mengantisipasi apakah mengalami gejala alergi seperti gatal-gatal, pilek, diare, dan muntah. Jika gejala ini ditemukan setelah mengonsumsi makanan tertentu, maka hentikan dan berkonsultasi ke dokter.
4. Menghindari memberikan gula dan garam. Informasi ini ternyata tidak benar.
Menambahkan gula dan garam pada MPASI boleh-boleh saja. Dengan catatan, jika si kecil memang hanya mau makan makanan yang ditambahkan gula dan garam saja.
5. Mengenalkan sayuran terlebih dahulu, baru buah. Alasannya, jika mengenalkan buah lebih dulu akan menyulitkan bayi untuk menerima sayur. Ternyata ini hanya mitos. Karena boleh kok memperkenalkan sayur dan buah di waktu yang sama.
6. Menghindari memberi makanan bertekstur jika bayi belum tumbuh gigi. Anggapan ini juga keliru. Kita tidak perlu ragu untuk menyajikan MPASI yang tertekstur meski belum tumbuh gigi.
Walaupun giginya belum tumbuh, tapi masih bisa mengunyah dan menelan makanan bertekstur dengan baik. Ini juga melatih kemampuan anak dalam mengunyah dan menelan. Jadi, saat sudah waktunya, ia pun terbiasa untuk mengonsumsi makanan padat.