Pantas saya baru tahu. Kalau sudah sebulan wah kebangetan juga saya baru tahu secara kan saya "anker" alias anak kereta. Kok tidak terdengar sosialisasinya ya? Dipasang di papan pengumuman di stasiun begitu?
Sesampainya di halte tujuan, saya pun men-tap lagi pakai KMT. Dan, bisa! Kalau saat keluar halte, saldo tidak ada berkurang saat ditap. Wah, okelah kalau begitu.
Setelah saya baca-baca, ternyata mulai Oktober 2021 KMT sudah diuji coba sebagai tiket untuk moda transportasi lain yaitu pada Trans Jakarta, MRT Jakarta, dan LRT Jakarta. (tapi kok petugas tadi bilangnya baru sebulan ini ya?)
Hello...ke mana saja saya? Jadi, malu sendiri. Apakah yang lain sudah tahu atau baru tahu juga seperti saya?Â
Hati saya pun girang. Jelas, ini menjadi kabar gembira buat saya, dan mungkin masyarakat lainnya. Tidak perlu banyak kartu untuk menggunakan transportasi publik.Â
Satu kartu cukup. Jadi irit juga kan. Lagi pula punya banyak kartu uang elektronik dari berbagai perbankan kan ribet juga. Penuh-penuhi dompet saja. Dombet jadi berat, padahal isinya kosong.
KMT atau Kartu Multi Trip ini uang elektronik yang diterbitkan untuk memberikan kemudahan penumpang kereta saat melakukan pembayaran tiket kereta atau KRL.
Bagi saya (dan penumpang lainnya) menggunakan KMT banyak manfaatnya. Terutama bagi saya sebagai pekerja lapangan, yang terkadang dalam perjalanan berubah haluan.
Semula ingin turun di Stasiun Tebet, misalnya, tiba-tiba ada penugasan yang memungkinkan terjadi perubahan stasiun tujuan.Â
Dengan menggunakan KMT, saya tidak perlu panik atau harus mengganti kartu dengan tujuan yang. Tinggal lanjut saja atau berganti peron. Praktis, bukan?
Selain itu, mengurangi antrean, dan tidak perlu setiap hari bertransaksi menggunakan uang tunai yang berpotensi menularkan virus.