Mohon tunggu...
Tety Polmasari
Tety Polmasari Mohon Tunggu... Lainnya - ibu rumah tangga biasa dengan 3 dara cantik yang beranjak remaja
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas, insyaallah tidak akan mengecewakan...

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Bingkisan kepada Wali Kelas, dari Alat Penggorengan hingga Barang Elektronik

30 Juni 2022   10:35 Diperbarui: 30 Juni 2022   18:06 546
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Saat orangtua mengambil raport (Dokumentasi pribadi)

Pada semester pertama, anak saya ini tidak ada semangat untuk sekolah, malas mengerjakan tugas, dan banyak "bolos". Entah, sudah berapa kali wali kelas menyampaikan ketertinggalan anak saya dalam mengerjakan tugas-tugasnya.

Tidak hanya itu. Anak saya menarik diri dari pergaulan. Mengurung diri di kamar dan tidak mau bertemu atau berkomunikasi dengan teman-temannya atau siapa pun selain keluarga. Teman dekatnya saja diabaikan.

Jelas saya khawatir karena tentu saja akan berpengaruh pada nilai rapor dan kehidupan sosialnya. Jika kondisi ini tidak berubah tentu akan berpengaruh pada naik tidaknya anak saya ke jenjang kelas berikutnya. Dan, tentu saja saya tidak ingin hal itu terjadi.

Kata wali kelas ada dua siswa di kelas yang menjadi catatan dirinya dan para guru lainnya. Yaitu anak saya dan satu siswa perempuan. Kedua ini "sepaket". Sering dipanggil guru BP dan kerap mengabaikan tugas-tugas.

Saya lalu berkonsultasi dengan psikolog dan psikiater. Katanya, kondisi anak saya begitu bisa jadi karena tekanan selama mengikuti pembelajaran jarak jauh atau PJJ atau belajar online. Kesehatan mental anak saya terganggu karena penerapan belajar dari rumah.

Katanya, kondisi yang dialami anak saya, juga banyak dialami para pelajar lainnya. Ada yang mengalami gejala depresi dan kecemasan. Selama pandemi, sebagian besar yang berkonsultasi karena faktor belajar secara online. Banyak siswa yang stress.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi

Masa sih? Kenapa dua adiknya (sepertinya) biasa-biasa saja? Ya, karena karakter setiap anak berbeda. Tidak bisa disamakan.

Alhamdulillahnya, ketika sekolah menerapkan PJJ terbatas 50 persen, ada perubahan pada anak saya. Mulai rajin ke sekolah meski hanya 2 kali seminggu, meski juga tugas-tugas masih sering diabaikan. Setidaknya, saya melihat ada progres yang lebih baik.

Perubahan semakin terlihat baik ketika PTM diterapkan 100 persen. Rajin sekolah, rajin bertanya kepada teman-temannya mengenai ada tidaknya tugas-tugas sekolah. Kalau ada, ia selalu mengerjakan tugas-tugasnya.

Anak saya juga sudah mulai bergaul bersama teman-temannya. Mengajak teman-temannya bermain ke rumah. Baik teman semasa SMP maupun teman SMA-nya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun