Sementara nilai edukasi di dalamnya terlewatkan begitu saja. Hampir bisa dibilang saya tidak paham sama sekali makna dari relief-relief itu.
Saya berpikir relief-relief itu hanya pahatan-pahatan saja. Tapi ternyata semacam buku diari raksasa yang berisi catatan-catatan keseharian bagaimana bermasyarakat dan memimpin.
Dalam relief-relief ini juga tersimpan mega perpustakaan. Belajar kehidupan di masa lalu melalui relief-relief. Berbagai kisah dengan nilai pengetahuan dan pesan moral telah diwariskan oleh nenek moyang kita melalui relief-relief itu. Beragam literatur dan dokumentasi perjalanan leluhur bangsa Indonesia juga terekam di sini.Â
Nah di Candi Borobudur ini, setiap reliefnya menggambarkan kisah kehidupan pada zamannya. Jika ditarik benang merah, kehidupan masa lalu pada 13 abad silam itu ternyata berkorelasi juga dengan kehidupan di jaman sekarang. Jadi, saling sambung menyambung.
Beruntungnya saya bisa berkesempatan mendapatkan nilai edukasi itu. Dijelaskan, kehidupan sehari-hari peradaban manusia abad X tidak dapat terlepas dari hiburan.Â
Kemeriahan seni pertunjukan dengan berbagai instrumen pendukungnya diabadikan dalam relief-relief Candi Borobudur. Alat-alat musik petik, tiup, pukul dan gesek telah digunakan masyarakat pada saat itu untuk keperluan pertunjukan maupun upacara.
Ada 4 jenis alat musik yang tergambar dalam relief Candi Borobudur. Ada yang dipukul atau diketok seperti gong, kulintang, arumba, gambang, saron, gender dan lain-lain.
Ada juga alat musik yang terbuat dari kulit yang terpasang dalam rangka berbentuk lingkaran. Seperti gendang, tambur, dan lain-lain.
Selain itu, ada alat musik yang ada senar atau tali. Cara memainkannya dengan digesek atau ditekan. Misalnya biola, rebab dan tatawangsa.
Ada juga alat musik yang mengeluarkan bunyi karena udara. Udara yang menyebabkan getaran tersebut diatur oleh lubang-lubang yang ada pada instrumen itu. Contohnya, terompet, sangka, uling, saxofon.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!