Apa tidak bisa dikatakan "berkasta" kalau tarifnya sendiri ada pembatasan? Kasarnya, kaum pinggiran hanya sampai pinggiran saja, kaum bawah hanya di bawah saja, kaum atas bisa sampai ke atas.Â
Wisatawan yang ingin menikmati keindahan Candi Borobudur dari atas masa harus merogoh kocek lebih dalam? Berapa banyak uang yang harus dipersiapkan jika mengajak keluarga?
Ini kan jadi tidak adil namanya. Biar adil ya sekalian saja ditutup akses ke candi. Semua orang dilarang naik ke candi. Titik. Terlepas orang tersebut berduit atau tidak berduit.
Jangan mentang-mentang orang tersebut punya duit lantas diperbolehkan naik. Sementara orang yang tidak berduit hanya bisa melihat dari kejauhan. DL. Derita loe sebagai "kasta rendah"? Begitu?Â
Apakah itu tidak akan memunculkan kecemburuan sosial? Si kaya karena membayar mahal jadi boleh naik ke candi, foto-foto, dishare di media sosial, yang akan membuat iri orang lain. Sementara, yang tidak berkecukupan harus menelan ludah?
Tarif mahal akan memicu ketidakadilan dalam menikmati wisata. Hanya orang berduit saja yang bisa menikmati keagungan relief candi.Â
Sementara yang lain untuk berwisata ke Candi Borobudur saja ada yang sampai harus menabung terlebih dahulu. Menyisihkan sebagian uang untuk berwisata ke sini.Â
Kalau untuk bisa naik ke candi harus mengeluarkan Rp750.000 per orang, ya pasti mikirlah. Mending juga buat keperluan lain yang lebih mendesak.
Bagus sih tujuannya demi menjaga kelestarian kekayaan sejarah dan budaya Nusantara. Juga agar kontur tanah Candi Borobudur tetap terjaga dari beban pengunjung yang berlebih.
Tapi, kalau tujuannya seperti itu ya tidak perlu juga harus dengan menaikkan tarif. Jika memang mau melindungi situs sejarah, batasi pengunjung, ya tegakkan saja aturan.Â
Setop tidak boleh naik ke candi! Cukup sampai pelataran saja. Tidak pandang bulu. Bulu orang kaya, bulu orang miskin, harus diperlakukan sama. Kecuali khusus umat Budha yang akan bersembahyang di sana.