"SPP 750 ribu, uang pendaftaran dan lain-lain 4,5 juta. Termasuk murahlah," katanya.
Kalau dibandingkan dengan SMA negeri juga beda tipis. Soalnya jenjang pendidikan SMA di Kota Depok belum digratiskan. Pendidikan gratis baru pada jenjang SD dan SMP, sementara SMA belum.
(Selama 2 tahun ini sejak pandemi Covid-19 mewabah, pihak sekolah tidak diperbolehkan melakukan pungutan-pungutan. Anak saya yang SMA hanya membayar uang seragam saja. Entah untuk tahun ajaran baru ini setelah pandemi melandai dan masyarakat mulai menuju endemi)
"Jadi, sama aja kan bayar-bayar juga?" timpalnya.
Ada juga orangtua murid yang malas mengurus kepindahan domisili. Sebelumnya tinggal di Padang, sekarang tinggal di Kota Depok. Titik ordinat rumahnya masih tertera domisili yang lama.
"Daripada ribet dan aku juga malas ngurus-ngurusnya, ya sudah aku daftarin aja di swasta. Jadi, aku pikir-pikir nggak perlu juga menghadiri sosialisasi PPDB, lagian jahitanku juga belum selesai," katanya.
Ada juga yang menumpang KK dengan orangtuanya, yang berarti kakek nenek si anak, tapi dia kurang yakin jika jarak rumah ke sekolah sekitar 500 meter sebagaimana disampaikan sang kakek.
"Daripada saya kecewa, ya mendingan beralih ke swasta. Soal biaya mah tidak masalah. Daftar ke sekolah negeri yang lain juga kan pasti terbentur dengan sistem zonasi," tukasnya.
Alasan Mendaftar ke SMA Negeri
Meski demikian, sebagian besar orangtua murid yang hadir dalam sosialisasi PPDB ini sangat menginginkan anaknya diterima di SMA negeri. Termasuk saya, tentunya.
Bagi orangtua, bersekolah di negeri ada suatu kebanggaan tersendiri. Terlebih jika sekolah yang dituju adalah sekolah favorit dan unggulan.