Berangkat bersama melewati perkampungan, menghirup udara segar, angin sepoi-sepoi, sambil melihat-lihat aktifitas warga sekitar, tentu membuat hati ini happy dan mampu memperbaiki suasana hati.
"Yang penting happy. Jadi ingat masa kecil," kata Arfach, tetangga saya, tertawa saat menuntun sepeda karena jalan yang kami lewati menanjak.
Selama ngegowes, kami hampir tidak saling mengobrol. Bagi saya bersepeda sama dengan saat berlari. Tidak bisa saling mengobrol.
Lagipula bagaimana mau mengobrol jika jarak kami cukup berjauhan. Apa mau sambil berteriak? Kami baru bisa mengobrol ketika beristirahat sejenak sekitar 1-2 menit. Tentu saja diselingi dengan jeprat jepret.Â
Oh iya, kami juga menyempatkan diri mampir sarapan di lapak pinggir jalan ketika memasuki wilayah Ratujaya. Lapak ini menjual macam-macam makanan.
Saya memilih lontong sayur plus telur balado yang harganya Rp11.000. Kedua tetangga saya memilih nasi uduk dan lontong plus gorengan. Serasa kudapan saat buka puasa hahaha...Â
Aktifitas sarapan ini kami jadikan moment untuk mengobrol. Apa saja. Agar chemestri di antara kami semakin kuat. Maksudnya? Entahlah hahaha...
Menurut saya, bolehlah sesekali kita meluangkan waktu bersepeda bersama tetangga. Selain mengakrabkan, juga bisa mendapatkan cerita-cerita baru. Apapun itu. Menyenangkan, kok.
Jika sudah akrab, kita bisa memanfaatkan kedekatan dengan tetangga untuk menjaga kesehatan badan. Salah satunya dengan olahraga bersama.Â
Tidak bisa bersepeda bisa dengan senam bersama, atau melakukan olahraga lainnya seperti berenang atau jogging atau jalan santai atau yoga. Banyak pilihan kok. Kalau saya kebetulan pas banget memang senang bersepeda.