Lanjut mengitari area lain. Ada bengkel yang cukup lengkap, ada lapangan yang cukup luas, ada taman yang cukup hijau, ada tempat ibadah bagi andik yang beragama Islam, ada juga tempat ibadah bagi yang beragama Kristen, dan ada dapur. Lengkap deh.
Jadi, LPKA ini memang konsepnya serasa berada di rumah. Sehingga anak-anak merasa nyaman, aman, terlindungi, dan diayomi.Â
Bisa jadi juga karena Kepala LPKA seorang perempuan, dan juga seorang ibu. Berkat sentuhannya yang meliputinya dengan kasih sayang dan perhatian, anak-anak binaan ini sudah menganggapnya sebagai ibunya sendiri. Ibu kedua selain ibu kandungnya.
Ketua Umum Kowani Giwo Rubianto merasakan LPKA sekarang berbeda dengan dulu ketika dirinya menjabat Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) pada 2004-2008.Â
Hampir setiap bulan Giwo berkunjung ke Lapas Anak ini. Dulu, katanya, kurang nyaman, tidurnya juga masih di lantai. Gersang. Penuh sesak. Mungkin karena dulu pimpinan Lapas seorang bapak, jadi kurang sentuhan keibuannya.Â
"Sekarang, sangat jauh berbeda. Lebih nyaman, aman, dan diayomi. Tidak ada kekerasan. Tidak over kapasitas juga. Sehingga anak-anak merasa berada di rumah sendiri. Tidur juga pakai ranjang dan kasur," tuturnya.
Giwo senang pimpinan Lapas sekarang dipimpin oleh seorang ibu sehingga paham bagaimana kondisi anak. Anak-anak pun mendapatkan perhatian kasih sayang layaknya anak-anak sendiri.
Itu yang membuat anak-anak didik lapas ini seolah memiliki ibu kedua selain ibu kandungnya. Membuat mereka menjadi nyaman meski hidup harus terpisah dengan orang tua di rumah.