Ada lemari pakaian juga. Di depan ruangan disediakan dispenser. Menurut saya sih sudah cukup manusiawi dan nyaman. Bandingkan jika tidur beralaskan tikar di lantai.Â
Di dalam ruangan juga ada kamar mandi tanpa bilik, hanya tersekat tembok seukuran pinggang. Tapi, kalau mau dipasang hordeng atau penutup juga boleh. Saya perhatikan ada beberapa kamar yang begitu.
Kamar anak-anak binaan ini terbagi dua bangunan. Satu bangunan berwarna biru, satu bangunan lagi berwarna kuning. Tidak ada makna tertentu mengenai warna ini. Apakah andik "kelas berat" dan "kelas ringan" dipisah, ya tidak juga. Itu sih biar terlihat lebih berwarna saja.
Jarak antara kedua bangunan hitungan saya sih sekitar 100 meter. Tidak ada kawat berduri yang melingkupi. Mau melarikan diri? Buat apa? Lagi pula meski nyaman, susah untuk bisa melarikan diri.
LPKA juga menyediakan satu kamar untuk penyandang disabilitas. Di dalamnya, ada satu tempat tidur dan kipas angin.Â
Hmmm... memang ada ya anak penyandang disabilitas yang melakukan kejahatan? Mencuri, membunuh, merampok, melakukan kekerasan seksual? Saya sepertinya belum menemukan satu pun berita mengenai hal ini.
Saya pun bertanya kepada petugas, selama LPKA ini berdiri apakah pernah ada andik penyandang disabilitas? Ia belum bisa memastikan. Namun, selama ia ditugaskan di sini dalam dua tahun terakhir ini, belum ada andik dengan penyandang disabilitas.Â
"Kamar ini disediakan untuk berjaga-jaga saja," katanya. Petugas ini masih muda.Â
Selain kamar disabilitas, juga ada kamar isolasi. Kamar yang diperuntukkan bagi andik pas yang memiliki penyakit tertentu, semisal TBC. Kebetulan kamar isolasi ini berdekatan dengan klinik.
Ruang klinik terlihat cukup luas. Ada 4 bed yang bisa menampung andik yang perlu perawatan. Petugas kesehatan menjelaskan, jika penyakitnya tidak bisa ditangani di sini, maka pasien andik dirujuk ke rumah sakit. Sejauh ini sih, penyakitnya masih bisa tertangani.