Mohon tunggu...
Tety Polmasari
Tety Polmasari Mohon Tunggu... Lainnya - ibu rumah tangga biasa dengan 3 dara cantik yang beranjak remaja
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas, insyaallah tidak akan mengecewakan...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

LPKA Kelas 1 Tangerang yang Humanis

18 April 2022   14:58 Diperbarui: 18 April 2022   15:11 1558
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lanjut mengitari area lain. Ada bengkel yang cukup lengkap, ada lapangan yang cukup luas, ada taman yang cukup hijau, ada tempat ibadah bagi andik yang beragama Islam, ada juga tempat ibadah bagi yang beragama Kristen, dan ada dapur. Lengkap deh.

Jadi, LPKA ini memang konsepnya serasa berada di rumah. Sehingga anak-anak merasa nyaman, aman, terlindungi, dan diayomi. 

Bisa jadi juga karena Kepala LPKA seorang perempuan, dan juga seorang ibu. Berkat sentuhannya yang meliputinya dengan kasih sayang dan perhatian, anak-anak binaan ini sudah menganggapnya sebagai ibunya sendiri. Ibu kedua selain ibu kandungnya.

Ketua Umum Kowani Giwo Rubianto merasakan LPKA sekarang berbeda dengan dulu ketika dirinya menjabat Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) pada 2004-2008. 

Hampir setiap bulan Giwo berkunjung ke Lapas Anak ini. Dulu, katanya, kurang nyaman, tidurnya juga masih di lantai. Gersang. Penuh sesak. Mungkin karena dulu pimpinan Lapas seorang bapak, jadi kurang sentuhan keibuannya. 

"Sekarang, sangat jauh berbeda. Lebih nyaman, aman, dan diayomi. Tidak ada kekerasan. Tidak over kapasitas juga. Sehingga anak-anak merasa berada di rumah sendiri. Tidur juga pakai ranjang dan kasur," tuturnya.

Giwo senang pimpinan Lapas sekarang dipimpin oleh seorang ibu sehingga paham bagaimana kondisi anak. Anak-anak pun mendapatkan perhatian kasih sayang layaknya anak-anak sendiri.

Itu yang membuat anak-anak didik lapas ini seolah memiliki ibu kedua selain ibu kandungnya. Membuat mereka menjadi nyaman meski hidup harus terpisah dengan orang tua di rumah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun