Mohon tunggu...
Tety Polmasari
Tety Polmasari Mohon Tunggu... Lainnya - ibu rumah tangga biasa dengan 3 dara cantik yang beranjak remaja
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas, insyaallah tidak akan mengecewakan...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Wajah Baru Sarinah, Hadirkan Pengalaman dan Petualangan Seru di Tengah Kota Jakarta

27 Maret 2022   09:19 Diperbarui: 27 Maret 2022   09:22 2629
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Relief di area Museum Sarinah (dokumen pribadi)

Sabtu, 26 Maret 2022, saya memandang wajah baru Sarinah. Bangunan "tua" yang berlokasi di jalam MH Thamrin, Jakarta Pusat. Terlihat membentang dengan warna keemasan.

Langit masih terlihat mendung. Hujan yang sedari siang turun deras, perlahan berubah rintik-rintik. Meski senja temaram, Sarinah tetap terlihat cantik.

Wajah Sarinah kini lebih segar, lebih muda, dan lebih terlihat milenial. Setelah bersolek selama hampir 2 tahun, kecantikan wajah Sarinah sungguh memukau. 

Senin, 21 Maret 2022, Menteri BUMN Erick Thohir meresmikan wajah baru Sarinah. Nyonya tua yang tidak lagi terlihat tua. Tidak kusam. Tidak ada keriput di sana sini. Kulitnya kencang dan bercahaya.

Saya ke sini bersama dua teman saya -- Ashriati Arifin dan Evien Nur Astuti. Kebetulan, kami menghadiri kegiatan yang sama di Thamrin 10 Art and Creativity. Tidak jauh dari Sarinah. Hanya terhalang Gedung Jakarta Theater dan Hotel Saripan Pasifik.

Ketika kami ke sini, kami dapati Sarinah sudah dipadati pengunjung. Mungkin sama antusiasnya dengan kami yang ingin melihat wajah baru Sarinah dari dekat. Mungkin juga ingin bermalam mingguan dengan suasana baru Sarinah.

Jika dulu, Sarinah terlihat sumpek karena area parkir berada di depan, sekarang tidak lagi. Bekas area parkir kini menjadi area yang cukup instagramable, dikelilingi lantai dari batu pualam. Desainnya ramah disabilitas karena juga dilengkapi jalan untuk pengguna kursi roda. 

Tidak hanya itu. Di bekas area parkir ini pula juga ada tempat duduk yang diapit anak tangga yang ada di kiri dan kanan. Mirip tribun tapi terlihat cantik. 

Jadi, pengunjung bisa duduk-duduk santai sambil menikmati senja, mengobrol, menunggu, istirahat sejenak, atau melihat keramaian jalanan.

Terlihat enjoy-lah pokoknya. Ada kebersamaan juga kesederhanaan. Padahal, ini tempat bagus di pusat kota. Bernilai banget.

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi

Seingat saya sepertinya baru Sarinah saja yang begini. Di mal-mal lain tidak ada. Kalau pegal menunggu di depan kan jadi susah mau cari tempat duduk. Kalau mau lesehan pasti dilarang. 

Di depan dan samping Sarinah tidak terlihat lagi pedagang-pedagang kaki lima. Tidak seperti sebelumnya sehingga terlihat agak sumpek. Ini yang mungkin membuat Sarinah mulai jarang dilirik. Sekarang lebih tertata, lebih rapi, dan lebih nyaman.

Kami pun melangkahkan kaki menuju lobbi. Sebelum masuk pengunjung harus scan PeduliLindungi dan cek suhu. Kalau saya, seperti biasa menunjukkan sertifikat vaksin Covid-19.

Wah, di dalamnya ditata sedemikian rupa. Menarik mata untuk memandang. Desainnya yang lebih modern. Terlihat beberapa ornamen seperti patung pahat khas nusantara menambah daya pikat wajah baru Sarinah.

Penataannya nyeni banget. Perpaduan arsitektur gaya tradisional dan modern melebur menjadi satu. Jadul tapi zaman now. 

Sejumlah pengunjung terlihat mengabadikan gedung baru Sarinah yang tampak lebih modern. Termasuk saya, tentunya. Beberapa restoran di area ini juga dipadati pengunjung. 

Di area lobby ini, ada semacam galeri atau museum kecil yang menampilkan perjalanan Sarinah dari tahun ke tahun. Beberapa foto lawas yang dicetak ulang dalam ukuran besar bercerita mengenai perjalanan fisik gedung Sarinah.

Foto-foto itu mulai dari tahun 1962 hingga tahun 2022. Pembangunan Sarinah sendiri dipelopori oleh Presiden Soekarno pada 1962. 

Di ruangan kecil berbentuk huruf L tersebut, pengunjung bisa melihat salinan dokumen pidato presiden pertama Indonesia, Sukarno, saat memancangkan tiang pertama pada April 1963. 

Kalau dihitung-hitung sudah sekitar 60 tahun perjalanan Sarinah. Sudah cukup tua juga ya. Wajar saja mengingat Sarinah adalah pusat perbelanjaan pertama di Indonesia. 

Foto-foto perjalanan Sarinah (dokumen pribadi)
Foto-foto perjalanan Sarinah (dokumen pribadi)

Tidak begitu jauh, ada juga relief bersejarah dari zaman Presiden pertama RI Soekarno dan kehidupan masyarakat pada zaman itu. Panjang relief kira-kira 11-12 meter dan tinggi 3 meter.

Ukiran berbahan batu dan semen yang menampilkan kegiatan perdagangan di pasar tradisional itu menyita perhatian pengunjung.

Relief itu bercerita tentang keseharian rakyat Indonesia yang sederhana. Ada patung petani, patung pedagang perempuan, pedagang laki-laki dengan pikulannya, dan patung kerbau.  

Jadi, pengunjung bisa belajar sejarah mengenai salah satu bangunan tertua di Jakarta ini, saat berada di sini.

Masih di area Museum Sarinah terlihat banyak pengunjung sedang bersantai di tempat duduk berbentuk tangga. Di sebelah kirinya tangga yang bisa dilewati pengunjung yang naik dan turun.

Takjub sekali, modern, milenial sesuai dengan zamannya. Penataannya, desainnya, sangat bagus sekali. Kalau saya sih...yesss! Kedua teman saya? Yes juga!

Kami lantas mengitari Sarinah. Di lantai dasar, pengunjung bisa menemukan berbagai warsa Nusantara. Batik, tenun, songket, tapis, ulos, lurik, endek, hingga kebaya. 

Beberapa pakaian dari desainer dan pengusaha lokal juga terlihat di sejumlah etalase dan titik. Dilengkapi dengan papan nama desainer yang dimaksud. Jadi, pengunjung sudah tahu, pakaian tersebut hasil desain desainer tersebut.

Di sini, terlihat jenama-jenama yang menjual kain, pakaian, aksesoris, tas, sepatu, hingga pernak pernik khas Indonesia. Pokoknya, Indonesia banget.

Di lantai satu ada gerai seperti toko kue, restoran, dan kedai kopi. Baik tempat makan "franchise", restoran masakan Indonesia, maupun masakan Jepang. 

Relief di area Museum Sarinah (dokumen pribadi)
Relief di area Museum Sarinah (dokumen pribadi)

Naik ke lantai 2, pengunjung disambut dengan gerai salon dan spa. Ada restoran juga. Baik masakan Indonesia, masakan Jepang, maupun masakan Eropa. 

Lalu naik ke lantai 3. Di sini, menawarkan aneka produk mulai dari furnitur, aksesoris, hingga suvenir seperti wayang, kerajian dari bahan rotan dan bambu, maupun hiasan dinding.  

Uniknya, mall pertama di Jakarta ini juga menghadirkan Sky deck. Area terbuka luar ruangan berukuran besar ada di lantai 3 ini.

Dari sini, pengunjung bisa melihat pemandangan kota Jakarta yang dikelilingi gedung-gedung pencakar langit.

Sky deck ini bisa dijadikan sebagai spot foto sambil menikmati senja, hembusan semilir angin, dan cahaya lampu yang berkilauan. 

Di area ini juga terlihat panggung kayu yang dipersiapkan untuk menjadi lokasi acara pentas seni hingga kegiatan nonton bersama.

Adanya ruang terbuka untuk pagelaran, eksebisi dan community gatherings ini bisa jadi karena Sarinah hadir dengan mengusung tema community mall. 

Dari tema ini diharapkan menjadi tempat anak muda dan komunitas untuk berkumpul bersama saling mendorong kreativitas dan bahkan dapat membuat komunitas baru yang positif.

Terlihat jelas banget konsep shop, eat, and learn. Bukan lagi sekedar Department Store seperti sebelumnya, melainkan juga sebagai ruang publik yang luas untuk berbagai pertemuan.

Bangunan berlantai delapan ini tampak lebih modern dan kekinian setelah dipercantik tanpa harus menghilangkan unsur keindonesiaan kita. 

Design bangunan dalam mall kalau diperhatikan tampak seperti motif batik sidomukti dan tenun.

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi

Gaya bisnis retail modern tapi identitas utama Sarinah sebagai pusat belanja produk lokal tidak ditinggalkan.

Untuk ibu menyusui (busui), tenang, Sarinah juga menyediakan fasilitas ruang menyusui. Jadi, busui bisa santai tidak bingung harus menyusui di mana.  

Di sini juga ada berbagai outlet. Ada Sarinah De Braga, Bandung, Sarinah Banyumanik, Semarang. Sarinah Basuki Rahmat, Malang,Sarinah Bandara Bali. Sarinah Bandara Soeta -- Cengkareng, dan Sarinah Bandara Banjarmasin.

Kalau diperhatikan Sarinah ini memiliki wajah baru dari sisi konsep, format, dan fasilitas. Elegan namun juga terlihat Sarinah dipertahankan sebagai cagar budaya. 

Terlihat dari pilar-pilar besar yang ada di Sarinah ini yang ternyata adalah pilar asli. Ada juga eskalator pertama di Indonesia, yang juga masih dipertahankan. Wah, awet juga ya. Benar-benar dijaga. Karena cagar budaya, benda tersebut tidak diubah, sesuai dengan esensinya. 

Ketika Sarinah diresmikan, Menteri BUMN Erick Thohir menyampaikan Sarinah hadir dengan slogan "The Window of Indonesia". Artinya, menjadi ruang kreativitas bagi masyarakat untuk menunjukkan produk-produk dalam negeri.

Sarinah difokuskan pada produk lokal dan akan dijadikan destinasi wajib kunjung bagi para wisatawan mancanegara dan pejabat luar negeri yang berkunjung ke Indonesia.

Dikutip di laman resmi Sarinah di sarinah.go.id, Mal Sarinah sendiri dikelola oleh PT Sarinah (Persero). Badan Usaha Milik Negara (BUMN)  yang bergerak di bidang ritel.

Sarinah didirikan pada 17 Agustus 1962 sesuai akta Notaris Eliza Pondaag No. 33 dengan nama PT Departemen Store Indonesia.

Menjadi pelopor bisnis ritel modern di Indonesia. Pembangunan mal pertama di Indonesia ini buah gagasan dari tokoh Proklamator Indonesia, Soekarno.

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi

Bung Karno menggagas mal Sarinah untuk mewadahi kegiatan perdagangan produk dalam negeri dan mendorong pertumbuhan perekonomian Indonesia.

Peresmian Gedung Sarinah pada 15 Agustus 1966 sekaligus menandai kehadirannya sebagai pusat perbelanjaan pertama di Indonesia.

Menjadikan Sarinah sebagai pusat perbelanjaan tertua di Jakarta sekaligus mal tertua di Indonesia.

Penamaan Sarinah diambil dari nama salah satu pengasuh Presiden Soekarno di masa kecil.

Dalam otobigrafinya, Bung Karno Penjambung Lidah Rakjat Indonesia (disusun oleh Cindy Adams), Sukarno mengungkapkan Sarinah adalah bagian dari keluarganya dan tidak kawin. 

"Bagi kami, dia adalah seorang anggota keluarga kami. Dia tidur dengan kami, tinggal dengan kami dan memakan apa yang kami makan, akan tetapi dia tidak mendapat gaji sepeser pun," ujar Sukarno.

Dari Sarinah, Bung Karno mengenal dan belajar tentang arti cinta kasih. Terutama yang terkait dengan kecintaan kepada rakyat jelata. 

"Karno, yang utama kamu harus mencintai ibumu. Akan tetapi kemudian engkau harus mencintai rakyat jelata. Engkau harus mencintai manusia pada umumnya," kata Sarinah.

Begitu dekatnya, Sukarno kecil tidak pernah bisa lepas dari Sarinah. Ke mana pun Sarinah pergi, Sukarno kecil selalu menguntitnya.

"Bagiku dia adalah satu kekuasaan yang paling besar dalam hidupku," ujar Sukarno.

Sebagai bentuk rasa terimakasihnya, Sukarno mengabadikannya di Departement Store Sarinah. Pusat perbelanjaan termodern pertama yang ada di Asia Tenggara saat itu.

Penasaran? Ke sini aja. Kalau naik KRL bisa turun di Stasiun Gondangdia atau Stasiun Sudirman. Kalau naik bus TransJakarta tinggal turun di Halte Sarinah. Gampang banget kan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun