Tadinya, saya mau isi nama saya sendiri sebagai calon Ketua RT. Dalam pikiran saya, sepertinya sudah saatnya Ketua RT dipimpin oleh seorang perempuan. Zaman sekarang perempuan layak jadi pemimpin.
Sejak saya tinggal di sini selama 19 tahun, seingat saya Ketua RT dipimpin oleh pria. Jadi, ini menjadi terobosan baru.
Sepertinya seru juga kalau saya jadi Ketua RT. Nanti dipanggil Ibu RT jadinya. "Eh, Ibu RT, mau ke mana?" Suami saya dipanggil apa dong? Pak RT? Hehehe...
Eh, sampai batas waktu ditutup saya tidak sempat mengisi polling. Entah apa penyebabnya. Ditunda-tunda mulu. Kalau faktor kesibukan, sepertinya tidak juga. Saya sibuk apa sih? Isi polling kan tidak sampai 5 menit. Itu artinya, saya tidak diizinkan untuk menjadi kandidat hahaha...
Akhirnya, setelah direkap hasil polling, terpilihlah empat nama yang mendapatkan suara terbanyak. Masing-masing nama pun dihubungi oleh pengurus RT, termasuk suami saya, bahwa mereka terpilih sebagai kandidat.
Namun, 2 kandidat menyatakan tidak bersedia. Alasannya karena faktor pekerjaan. Tersisa dua kandidat. Syukurnya, dua kandidat ini setelah dibujuk-bujuk, mau menjadi kandidat.
Kedua kandidat ini sebenarnya juga cukup sibuk. Aktivitas pekerjaannya lebih banyak di luar kota. Tetapi diyakinkan bahwa mengelola RT tidak hanya Ketua RT seorang, tetapi ada wakil ketua beserta pengurus.
Jadi, ketika Ketua RT berhalangan hadir atau tidak bisa menjalankan fungsinya sebagai Ketua RT pada saat itu, dia bisa mewakilkannya kepada wakil ketua. Wakil ketua tidak bisa, ya bisa diserahkan kepada pengurus.
Setelah fix, hari ini dilakukan pemilihan. Waktunya dari pukul 08.00 - 10.30 WIB. Caranya, tidak beda jauh ketika kita ikut pemilihan umum (pemilu) di tempat pemungutan suara (TPS).
Karena panitia, suami saya datang lebih awal. Suami sudah mengingatkan saya untuk tidak lupa ke lokasi TPS.