Mohon tunggu...
Tety Polmasari
Tety Polmasari Mohon Tunggu... Lainnya - ibu rumah tangga biasa dengan 3 dara cantik yang beranjak remaja
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas, insyaallah tidak akan mengecewakan...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

"Crazy Rich" Abal-abal dan Kisah Qarun

16 Maret 2022   11:11 Diperbarui: 16 Maret 2022   11:20 1116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Anak-anak muda ini tiba-tiba menjadi "orang kaya baru". Tidak butuh waktu lama mampu mengumpulkan pundi-pundi uang. Hidup mewah. Bergelimang harta. Rumah bak istana.

Mereka pun dijuluki "crazy rich". Orang-orang pun dibuat terkagum-kagum. Diundang sana sini untuk memberikan motivasi. Dianggap sosok inspiratif bagi kalangan muda.

Kehidupan mewahnya menyilaukan mata-mata yang memandangnya. Memamerkan kekayaan. Beli mobil mewah seperti beli kacang goreng di pinggir jalan. Dan, itu tidak hanya satu.

Sepatu mahal, jam tangan mahal, liburan mahal. Naik pesawat jet pribadi. Tidak lupa pamer di media sosial dengan jargon "wow, murah banget" yang begitu melekat.

"Ini sepatu harganya Rp600 juta. Wow murah banget! Jam tangan ini harganya Rp250 juta. Wow murah banget!" 

Begitu kata salah satu di antara mereka. Senyumnya lantas mengembang. Tanpa ekspresi dosa dan rasa bersalah.

Sombong. Tidak saja kepada manusia, tetapi juga kepada Tuhan. Sang pemilik kehidupan. Termasuk jiwa-jiwa mereka, jiwa-jiwa kita.

"Kenapa? Karena ketika gue sombong, gue pamer ya, kan? Udah mau dibuat Tuhan aku miskin. Tiba-tiba baik aku, beramal, bersedekah, bantuin orang, nah bingung."

"Abis itu dikasihlah aku makin kaya, ya kan, ditambahlah rezeki itu. Sombong lagi aku, pamer lagi aku, dimiskinkan lagi aku, bersedekah lagi," sambungnya.

"Makanya Tuhan pun bingung mau ambil keputusan, nggak tahu mau diapain aku nih," tutupnya sambil tertawa.

Mereka pun jatuh terjerembab. Sepandai-pandainya tupai melompat, ia akan jatuh juga. Sepandai-pandai menyimpan bangkai, ia akan tercium juga. Dua peribahasa yang mungkin sudah dilupakan mereka.

Kini, crazy rich yang berisik ini, tidak lagi berisik. Harta, uang disita. Karena ternyata, kekayaan yang mereka dapatkan hasil dari menipu.

Bilangnya investasi, ternyata judi. Harta benda dan segalanya itu hasil dari uang para korban yang selalu kalah dalam berjudi.

Mereka pun jatuh miskin. Yang lain, siap-siap dimiskinkan. Polisi tengah memburu siapa-siapa saja yang masuk dalam jaringan judi online berkedok investasi bodong.

Ya begitulah. Di atas langit masih ada langit.

Persis seperti kisah Qarun yang diabadikan Allah dalam Alquran di surat al-Qashash (28) ayat 76-82. Kisah yang berulang-ulang kali saya baca.

Menurut beberapa riwayat, Qarun. Nama lengkapnya adalah Qarun bin Yashhab bin Qahits.

Ia adalah salah satu sepupu Nabi Musa. Anak dari Yashar adik kandung Imran ayah Nabi Musa As. Baik Musa maupun Qarun masih keturunan Nabi Yaqub.

Semasa hidupnya, Qarun dikenal sebagai orang miskin yang memiliki banyak anak. Meski miskin, ia seorang yang taat beribadah. Mengikuti jejak Nabi Musa, sepupunya.

Ia juga cukup berilmu. Pandai membaca Kitab Taurat.  Ia ahli kitab Taurat selain nabi Musa dan Harun. Karena kemerduan suaranya dalam membaca kitab Taurat, ia mendapat sebutan "Munawir".

Karena kondisinya, ia meminta Nabi Musa AS untuk mendoakannya agar memiliki harta berlimpah. Ia berjanji akan meningkatkan ibadah jika permohonannya dikabulkan.

Nabi Musa setuju. Terlebih Nabi mengenal betul sosok sepupunya itu. Nabi Musa pun berdoa. Allah SWT pun mengabulkan doa Musa. Qarun akhirnya mendapat rezeki berupa domba hingga beranak pinak.

Kesuksesan Qarun menjadi peternak domba mengantarkannya menjadi orang kaya dan terpandang. Harta berlimpah. Emas, perak, permata, rubi, dan perhiasan lainnya dalam berbagai bentuk.

Kekayaannya sangat melimpah. Bahkan, untuk kunci-kuncinya saja harus dipikul sejumlah orang dengan badan yang besar dan kuat.

Kebiasaanya, membawa sepuluh orang kuat ke manapun dia pergi. Mereka mengikuti Qarun ke manapun hanya untuk membawakan kunci-kuncinya yang begitu berat.

Tujuannya, ketika dia lewat, semua orang terkagum-kagum melihatnya, terkagum-kagum dengan banyaknya hartanya.

Qarun juga selalu menggunakan pakaian yang berbeda setiap kali ke luar rumah. Jubah-jubah mewah yang paling mahal harganya di zaman itu.

Dia juga punya memiliki banyak kuda, tentara pribadi, istana dan harta yang berlimpah tidak terhitung jumlah kekayaan yang diberikan Allah kepadanya.

Allah SWT berfirman,"Sesungguhnya Qarun adalah termasuk kaum Musa, maka ia berlaku aniaya terhadap mereka, dan Kami telah menganugerahkan kepadanya perbendaharaan harta yang kunci-kuncinya sungguh berat dipikul oleh sejumlah orang yang kuat-kuat." (28:76)

Setelah hidupnya berubah, ternyata sifat Qarun ikut berubah. Qarun yang semula taat beribadah kepada Allah, mulai lupa karena sibuk menghitung hartanya.

Keberuntungan yang didapat membuatnya lalai. Qarun pun mulai hidup dengan penuh pamer kekayaan dan sombong. Ia kerap menyalahgunakan anugerah dari Allah SWT.

Ia juga sering memamerkan hartanya kepada orang-orang di sekelilingnya. Beberapa orang menasihatinya.

Mengingatkan, harta yang saat ini dimilikinya hanya titipan yang sewaktu-waktu akan diminta pertanggungjawabannya oleh Allah SWT.

Lantas apa jawaban Qarun? Ia berkata, "Sesungguhnya aku diberi (harta itu), semata-mata karena ilmu yang ada padaku."

Tidakkah dia tahu, bahwa Allah telah membinasakan umat-umat sebelumnya yang lebih kuat daripadanya, dan lebih banyak mengumpulkan harta?

Dan orang-orang yang berdosa itu tidak perlu ditanya tentang dosa-dosa mereka." (QS. al-Qashash: 78).

Nasihat-nasihat itu tidak diindahkannya. Qarun semakin sombong. Ia merasa dirinya hebat dan harta yang dimilikinya murni karena kepintarannya.

Suatu ketika, Allah SWT menurunkan perintah zakat. Nabi Musa As pun mengutus seseorang untuk meminta zakat ke kediaman Qarun. Namun, ketika dimintai bagiannya, Qarun marah dan tidak memberikan sedikitpun hartanya.

Meski Qarun sepupu Nabi Musa As, justru ia menjadi salah satu pendukung Fir'aun. Itu dilakukannya agar ia tetap menduduki posisi yang strategis dalam bisnisnya mengingat saat itu Fir'aun adalah raja yang sangat berkuasa bagi kaum Israil.

Karena dekat dengan Fir'aun, ia menjadi tirani. Jika ada orang yang menghalanginya atau ada yang membuatnya tidak suka, ia akan melapor kepada Fir'aun. Dan oleh tentara-tentara Fir'uan orang itu akan ditangkap dan dipenjara.

Perilaku Qarun yang sombong dan ingkar janji ini membuat Allah SWT menjatuhkan azab pada Qarun. Seluruh harta benda miliknya tenggelam di dalam bumi.

Qarun yang tidak mau melepaskan harta benda miliknya berakhir ikut tenggelam ke dalam bumi.

Firman Allah, "Maka Kami benamkan dia (Karun) bersama rumahnya ke dalam bumi. Maka tidak ada baginya satu golongan pun yang akan menolongnya selain Allah, dan dia tidak termasuk orang-orang yang dapat membela diri." (28: 81).

Harta bukanlah hal yang bisa diperhitungkan sebagai bekal di akhirat, namun amalan baik lah yang menuntunmu menuju surga.

Kisah Qarun dalam Alquran ditutup dengan peringatan Allah kepada seluruh manusia, bahwa bumi tidak diperuntukkan bagi orang-orang yang dipenuhi kesombongan dan keangkuhan.

FirmanNya, "Negeri akhirat itu Kami jadikan bagi orang-orang yang tidak menyombongkan diri dan tidak berbuat kerusakan di bumi. Dan kesudahan (yang baik) itu bagi orang-orang yang bertakwa." (28: 83).

Masih banyak kisah Qarun-Qarun yang lain di muka dunia ini. Yang sejatinya menjadi peringatan bagi kita semua. Kita petik pelajaran dan hikmah buat keberkahan hidup kita.

Demikianlah. Semoga kita terhindar dari sifat-sifat yang bisa membuat diri kita binasa. Binasa di dunia, binasa di akhirat.

Allah mengangkat siapa saja yang Dia kehendaki. Allah juga menjatuhkan siapa saja yang Dia kehendaki. Kun fayun. Jadilah, maka terjadilah.

Wallahu'alam bisshowab

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun