Menumbuhkan sifat muraqabah
Pertama, menguatkan keimanan
Dengan membangun keyakinan yang sempurna bahwa sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala yang dirahasiakan dan segala yang nyata.
Semakin kuat keimanan kita, semakin kuat juga jiwa kita bahwa Allah senantiasa mengawasi kita. Â
Kita akan benar-benar merasa malu dilihat oleh Allah subhanahu wata'ala jika kita melanggar larangan-Nya atau meninggalkan perintah-Nya.
Bukan perasaan yang biasa-biasa saja, tidak takut dosa, tidak takut azab, jika melakukan perbuatan maksiat, keji dan mungkar.
Dengan keyakinan seperti itu, maka jiwa kita merasa terliputi dalam pengawasan Allah. Akan merasa betah berdzikir kepadaNya. Akan senang melaksanakan ketaatan, dan tidak akan berpaling dari selainNya.
Janganlah sekali-kali kita mengira Allah dapat saja lengah sesaat dan janganlah pula kita sekali-kali mengira apa yang kita sembunyikan itu tersembunyi pula bagi Allah.
Tanpa adanya keimanan, muraqabah tidak akan pernah muncul.
Kedua, mengetahui batasan haram dan halal yang sudah seharusnya menjadi pengetahuan yang wajib atas setiap muslim. Atau mengetahui batas antara yang hak dan yang batil.
Sebab, halal haram berkaitan langsung dengan perintah dan larangan dari Allah swt. Menjalankan perintah dan menjauhi larangan adalah bukti keimanan kita.
Keimanan menjadi indikator utama ketakwaan seorang hamba. Apakah amal yang dilakukan akan mendapatkan ridha Allah atau sebaliknya malah berbuah murka.