Panggungnya adalah sebuah instalasi gundukan tanah berbentuk kerucut yang ditata sedemikian rupa dengan pasir, abu, cahaya, dan gerak tubuh.
Pada beberapa kesempatan, Marintan turut memperkaya instalasinya dengan koran, video, musik, rempah-rempah, dan tanaman.
Ia biasanya memulai pertunjukan dengan menggambar lingkaran dari pasir yang mengelilingi masing-masing kerucut dengan ujung jarinya.
Kemudian, ia melumuri tubuhnya dengan pasir dan membuat garis dari tanah berwarna gelap, seolah menghubungkan kerucut-kerucut yang berjejer atau mengubahnya ke bentuk yang sama sekali baru.
Pameran "Para Sekutu yang Tidak Bisa Berkata Tidak" diambil dari salah satu karya yang ditampilkan, yaitu Paduan Suara yang Tidak Bisa Berkata Tidak (1997) oleh seniman S. Teddy D.
Sebagian dari seniman yang karyanya ditampilkan dalam pameran adalah Agus Suwage, Araya Rasdjarmrearnsook, Basoeki Abdullah, Belkis Ayn Manso, Bruce Nauman, Danarto, Dolorosa Sinaga, Emiria Sunassa.
Selain itu, Ary "Jimged" Sendy, Kthe Kollwitz, Marintan Sirait, Nguyn Trinh Thi, yvind Fahlstrm, Siti Ruliyati, Tisna Sanjaya, dan Wassily Kandinsky.
Pengunjung pameran juga dapat menyaksikan karya instalasi yang dibuat untuk pameran ini oleh Ho Tzu Nyen dan Cinanti Astria Johansjah.
Pameran "Para Sekutu yang Tidak Bisa Berkata Tidak" ini memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk menikmati dan mengenal karya-karya luar biasa dari koleksi Galeri Nasional Indonesia, Hamburger Bahnhof, MAIIAM Contemporary Art Museum, dan Singapore Art Museum.
Dari pameran ini membuka kesempatan seluas-luasnya kepada pengunjung untuk dapat memaknai karya-karya di dalamnya, juga narasi sejarah yang menjadi latarnya. Membuka wawasan mengenai karya-karya senima 4 negara.
Pameran yang melibatkan kerja sama antar lembaga budaya di empat negara ini menjadi media diplomasi tentang karya dan tokoh seni rupa, sekaligus lambang semangat untuk pulih dari masa pandemi.