Suami saya tidak mau pasang ring. Alasannya takut. Ia berjanji akan berhenti merokok dan minum kopi. Berjanji juga untuk olahraga. Dokter sepenuhnya menyerahkan keputusan kepada keluarga.
Setelah diperiksa-periksa, malamnya suami dibawa ke ruang ICU. Saya pun dipanggil ke ruang ICU. Di sini, oleh dokter jaga kembali menjelaskan kondisi jantung suami saya.
Disampaikan, serangan jantung atau infark miokard adalah kondisi yang terjadi ketika pasokan darah menuju jantung terhambat. Pasokan darah ini mengandung oksigen.
Kondisi ini akan mengganggu fungsi jantung dalam mengalirkan darah ke seluruh tubuh.
Serangan jantung biasanya disebabkan oleh penggumpalan darah atau penumpukan lemak, kolesterol, hipertensi, diabetes, merokok, ada riwayat keluarga.
Adanya gangguan pada aliran darah yang menuju ke jantung tersebut merusak atau menghancurkan otot jantung. Kondisi ini bisa berakibat fatal, karena otot jantung akan mulai mati. Dampaknya, kerusakan permanen pada jantung.
Dikatakan, ada 3 level serangan jantung. Ringan, sedang, berat. Suami saya, katanya, sudah masuk level berat. Pembuluh darah ke jantung tersumbat. Jadi, disarankan lebih baik pasang ring.
Semua tindakan medis berisiko. Bisa karena alergi kontras, atau ada pendarahan. Tetapi, dari sekian resiko ini, lebih banyak kebaikannya daripada resikonya. Sekedar minum obat saja, justru lebih beresiko.
"Coba dipertimbangkan lagi. Apalagi Bapak juga masih muda. Saya tunggu malam ini juga ya, Bu. Kalau iya, paginya saya akan konsultasi dengan dokter spesialis jantung intervensi. Kalau tidak, ya saya tidak perlu hubungi dokter," katanya.
Saya sampaikan pembicaraan ini kepada suami. Sebenarnya, suami juga sudah diinformasikan hal ini oleh dokter. Tetapi jawabnya tidak mau.
Setelah saya bujuk-bujuk dengan mempertimbangkan aspek manfaatnya, terutama mempertimbangkan aktifitas suami dan anak-anak yang masih butuh dukungan seorang ayah, suami pun akhirnya mau dipasang ring.