Mengeluhkan dadanya sakit. Sulit bernapas. Lengan kanannya terasa kram. Keringat dingin membasahi punggung dan dadanya. Kedua kakinya begitu dingin dan basah oleh keringat.
Sabtu, 12 Februari 2022, jam 3 dini hari, suami membangunkan saya.Saya pijit-pijit suami dengan minyak tawon, lalu memijatnya pakai alat pijat elektrik. Â Mengerok punggungnya. Juga perutnya. Â Suami merasa tidak enak di bagian perutnya. Perut terasa kembung.
Ini adalah kejadian ketiga kalinya dalam sebulan ini. Kejadian pertama dan kedua, sama dini hari juga. "Penangangannya" juga sama. Dibalur minyak tawon dan dipijat-pijat. Keesokan harinya, suami beraktifitas seperti biasa.
Karena ini kejadian yang ketiga kali, saya sarankan untuk segera ke IGD RS Jantung Diagram Siloam Cinere, Depok, Jawa Barat. RS khusus penanganan jantung dan pembuluh darah.
Gejala dan indikasi sudah menunjukkan serangan jantung. Suami juga sudah menyakini bahwa ini adalah serangan jantung. Apalagi ditambah dengan mual tapi tidak sampai muntah.
Tapi, suami tetap belum mau ke RS. Â Kalau tidak "nanti", ya "sebentar", atau "tunggu dulu". Selalu begitu, jawabnya. Padahal, di hari itu, serangan muncul lagi setelah shalat Subuh.
Seharian itu saya tidak bisa tidur. Jadi was-was sendiri. Stress. Pikiran saya tidak tenang. Mau mengetik sudah tidak bisa berpikir lagi.
Saya khawatir ketika terjadi serangan lagi sudah dalam keadaan terlambat. Sementara saya di rumah, bisa apa? Keahlian tidak ada. Ilmu juga tidak punya.
Paling juga bisanya teriak minta tolong kalau ada apa-apa. Dan, itu pasti sudah dalam keadaan terlambat.
Saya hubungi dr. Muhammad Iqbal Sofyan, Sp.M (K). Keponakan suami. Saya tanya harus saya kasih obat apa untuk menangani keluhan Om Boiy. Begitu suami selalu dipanggil oleh keponakan-keponakannya.
"Beli Ascardia tablet 10 biji, 4 biji langsung kunyah dan telan. Trus juga nitrokaf tablet beli 10 biji, 2 biji langsung minum. Itu pertolongan pertama, selanjutnya bawa ke RS," membalas WA saya.
Karena di apotek Klinik dr. Salma tidak ada Ascardia, keponakan suami menyarankan ganti dengan Aspilet. Mengonsumsinya sama. Sebanyak 4 tablet sekaligus dikunyah.
Sesampainya di rumah, saya dapati suami sedang tidur. Ditanya apakah dalam keadaan ngorok atau tidak? Kalau ngorok kemungkinan besar dalam keadaan tidak sadarkan diri atau koma. Saya bilang tidak.
Lalu, saya bangunkan suami untuk segera minum obat. Ini saran dari dr. Iqbal. Biasanya, suami suka menurut kalau itu arahan dari keponakannya. Saya sampaikan juga harus segera ke RS.
"Semakin lama dibawa ke RS semakin banyak otot jantung yang mati. Maka kemungkinan pulih sempurna semakin kecil," saya bacakan WA dari keponakannya itu.
Setelah minum obat, suami tidur. Bangun, suami merasa baikan. Ia merasa tidur mulu badan jadi sakit. Saya ingatkan lagi untuk segera ke RS. Jangan menunggu terjadi apa-apa baru ke RS. Suami masih belum mau.
Kebetulan, kakaknya dan 2 keponakannya datang. Kakaknya adalah ibu dari dr Iqbal. Saya sengaja memang memintanya ke rumah untuk berjaga-jaga kalau terjadi apa-apa.
Setelah melalui "perdebatan", akhirnya selepas Ashar, suami mau dibawa ke IGD RS Jantung Diagram. Butuh waktu tempuh sekitar 1 jam untuk bisa sampai ke sini.
Memang sih, ada beberapa RS yang lebih dekat dari rumah. Cuma, pertimbangan saya, kalau alatnya tidak memadai, lalu dirujuk ke RS lain, apa tidak semakin stress saya? Jadi, saya cari yang aman.
Tibalah di IGD. Setelah dilakukan sejumlah pemeriksaan, suami saya fix terkena serangan jantung. Saya menyaksikan ketika dr. Muhammad Barri Fahmi, SpJp melakukan USG jantung.
Di layar terlihat bagaimana kondisi jantung suami. Katanya, otot jantung terlihat kaku, tidak ada pergerakan. Itu menandakan, ada pembuluh darah yang tersumbat.
Ia menyarankan untuk pasang ring jantung untuk mengantisipasi kejadian gagal jantung. Solusi terbaiknya memang ini. Bisa saja sih minum obat, tapi tidak menjamin ketika terjadi gagal jantung bisa terselematkan.
Suami saya tidak mau pasang ring. Alasannya takut. Ia berjanji akan berhenti merokok dan minum kopi. Berjanji juga untuk olahraga. Dokter sepenuhnya menyerahkan keputusan kepada keluarga.
Setelah diperiksa-periksa, malamnya suami dibawa ke ruang ICU. Saya pun dipanggil ke ruang ICU. Di sini, oleh dokter jaga kembali menjelaskan kondisi jantung suami saya.
Disampaikan, serangan jantung atau infark miokard adalah kondisi yang terjadi ketika pasokan darah menuju jantung terhambat. Pasokan darah ini mengandung oksigen.
Kondisi ini akan mengganggu fungsi jantung dalam mengalirkan darah ke seluruh tubuh.
Serangan jantung biasanya disebabkan oleh penggumpalan darah atau penumpukan lemak, kolesterol, hipertensi, diabetes, merokok, ada riwayat keluarga.
Adanya gangguan pada aliran darah yang menuju ke jantung tersebut merusak atau menghancurkan otot jantung. Kondisi ini bisa berakibat fatal, karena otot jantung akan mulai mati. Dampaknya, kerusakan permanen pada jantung.
Dikatakan, ada 3 level serangan jantung. Ringan, sedang, berat. Suami saya, katanya, sudah masuk level berat. Pembuluh darah ke jantung tersumbat. Jadi, disarankan lebih baik pasang ring.
Semua tindakan medis berisiko. Bisa karena alergi kontras, atau ada pendarahan. Tetapi, dari sekian resiko ini, lebih banyak kebaikannya daripada resikonya. Sekedar minum obat saja, justru lebih beresiko.
"Coba dipertimbangkan lagi. Apalagi Bapak juga masih muda. Saya tunggu malam ini juga ya, Bu. Kalau iya, paginya saya akan konsultasi dengan dokter spesialis jantung intervensi. Kalau tidak, ya saya tidak perlu hubungi dokter," katanya.
Saya sampaikan pembicaraan ini kepada suami. Sebenarnya, suami juga sudah diinformasikan hal ini oleh dokter. Tetapi jawabnya tidak mau.
Setelah saya bujuk-bujuk dengan mempertimbangkan aspek manfaatnya, terutama mempertimbangkan aktifitas suami dan anak-anak yang masih butuh dukungan seorang ayah, suami pun akhirnya mau dipasang ring.
"Dimasukinnya dari mana?" tanya suami.
"Kalau nggak dari lengan atau pangkal paha. Nanti kateter masuk dulu, sambil mengamati kondisi jantung, apa perlu pakai ring atau tidak, apakah satu ring atau lebih," katanya.
"Bukan dari Mr. P kan?" tanyanya.
"Ya, nggaklah. Kan jantung," kata saya.
Suami pun mengangguk. Keputusan ini saya sampaikan kepada dokter. Lalu saya menandatangani bahwa saya menyetujui tindakan ring jantung atau stent jantung.
Jam 10 pagi, suami dibawa ke ruang Cath Lab. Saya menunggu di luar. Setelah proses pemasangan ring, baru saya dipanggil ke ruangan. Dokter akan memberikan penjelasan.
Di sini, ada layar lebar yang menampilkan kondisi jantung suami. Layar sebelah kiri kondisi jantung sebelum diberi tindakan. Layar sebelah kanan, kondisi jantung setelah diberi tindakan.
"Ini kondisi jantung Bapak. Ada 3 pembuluh darah utama menuju jantung. Dua dalam kondisi baik, satu pembuluh darah tersumbat 100 persen. Ini yang membuat dada terasa sakit," jelasnya.
Saya perhatikan, pembuluh darah yang normal terlihat berwarna gelap. Itu berarti, ada pasokan darah yang mengandung oksigen mengalir.
Sementara itu, pembuluh darah yang tersumbat berwarna terang atau pucat. Menandakan, tidak ada pasokan darah. Karena tidak ada pasokan darah, membuat otot-otot jantung tidak bekerja maksimal. Akhirnya menjadi kaku.
"Untung segera dibawa ke sini. Kalau terlambat akan semakin banyak otot jantung yang akan mati. Untung Bapak ada kesadaran mau dibawa ke sini, kalau tidak, mungkin kondisi jantung menjadi lebih fatal," kata dr. Barri.
Tersumbatnya pembuluh darah ini karena lemak dan kolesterol yang membentuk plak di dinding pembuluh darah. Itu sebabnya, mengapa kolesterol tinggi bisa membuat seseorang berisiko terkena sakit jantung.
Kondisi ini diperburuk dengan kebiasaan merokok, terlalu sering minum kopi, dan jarang berolahraga.
Tapi kondisi itu tidak terjadi begitu saja, melainkan berakumulasi. Dari sedikit, lama-lama banyak, akhirnya menyumbat pembuluh darah.
Angin duduk yang sering kita dengar ternyata itu adalah salah satu gejala serangan jantung. Itu sebabnya, banyak yang menganggapnya masuk angin biasa sehingga tidak mendapat penanganan segera.
Seseorang yang mengalami serangan jantung biasanya mengeluhkan keadaan yang mirip dengan masuk angin. Seperti pusing, mual atau muntah, berkeringat dingin, jantung berdebar-debar, dada terasa terbakar, tertekan, atau terasa berat.
Selain itu, bisa juga timbulnya rasa nyeri pada dada dan menyebar ke daerah leher, rahang, hingga pungung.
Dokter kemudian memperlihatkan kondisi jantung setelah dipasang ring. Pembuluh darah yang tersumbat kembali normal. Terlihat dari warnanya yang gelap.
Ring ini bukan berbentuk cincin seperti yang saya duga. Â Saya pun diperlihatkan bentuk ring agar jelas. Ternyata, bentuknya seperti per pulpen, tapi berukuran sangat kecil.
Suami lantas diminta minum obat yang dikonsumsi seumur hidup agar darah tidak kental. Ada keluhan atau tidak, obat harus diminun.
Dokter juga meminta suami untuk berhenti merokok, minum kopi, rutin olahraga berjalan kaki selama 150 jam selama sepekan, dan mengelola stres dengan baik.
Apakah masih bisa beraktifitas yang dapat memacu adrenalin? Dokter menjawab, bisa. Naik gunung, touring keliling mengendarai mobil. Yang penting, tubuh jangan diporsir, agar jantung tidak memompa lebih keras.
Setelah urusan di Cath Lab selesai, suami pun kembali dibawa ke ruang ICU. Saya, kembali menunggu di ruang tunggu ICU.
Dari penjelasan itu, gejala dan indikasi seseorang terkena serangan jantung yang harus diwaspadai. Terlebih, gejala serangan jantung ini bisa muncul secara tiba-tiba, baik saat sedang istirahat atau sedang beraktivitas.
Selain nyeri, juga rasa tidak nyaman di dada, dada terasa sesak, dada rasanya seperti ditekan, dicubit, terhimpit, atau terasa panas.
Gejala lainnya adalah rasa nyeri yang menjalar ke lengan sampai sebagian tubuh sebelah kiri. Rasa sakit juga menjalar ke bagian rahang atau punggung.
Keluar keringat dingin di sekujur tubuh. Detak jantung tidak teratur atau atau terlalu cepat.
Jika jantung kerap berdebar kencang atau tidak beraturan, saatnya waspada dan lakukan pemeriksaan ke dokter.
Gejala penyakit jantung ini bisa muncul secara tiba-tiba, baik saat sedang istirahat atau sedang beraktivitas.
Bagaimanapun serangan jantung adalah kondisi gawat darurat yang perlu ditangani secepatnya. Segera pergi ke rumah sakit jika mengalami gejala-gejala serangan jantung.
Demikian, semoga bermanfaat
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H