Mohon tunggu...
Tety Polmasari
Tety Polmasari Mohon Tunggu... Lainnya - ibu rumah tangga biasa dengan 3 dara cantik yang beranjak remaja
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas, insyaallah tidak akan mengecewakan...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Adiwastra Nusantara 2022, Merawat Kearifan Lokal

9 Februari 2022   22:01 Diperbarui: 9 Februari 2022   22:16 1044
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setelah vakum 2 tahun karena pandemi Covid-19, Adiwastra Nusantara 2022 akhirnya kembali diselenggarakan di Jakarta Convention Center, Jakarta Pusat, pada 9-13 Februari 2022.

Masih dalam suasana pandemi memang. Namun, pameran berbagai kain tradisional berkualitas yang berasal dari berbagai penjuru nusantara, ini mau tidak mau tetap harus ditampilkan.

Tentu saja dengan protokol kesehatan yang cukup ketat. Dengan adanya pemberlakuan penerapan kegiatan masyarakat (PPKM) level 3, sudah bisa dipastikan jumlah pengunjung juga tidak sebanyak pada tahun-tahun sebelumnya karena

Justru dengan keadan demikian, masyarakat bisa mengunjungi pameran kain adati terbesar di Indonesia, ini dengan leluasa. Tanpa khawatir akan adanya kerumunan yang berpotensi terjadinya penularan.

Istilah wastra sendiri berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti sehelai kain. Tidak hanya batik saja. Dengan kata lain, wastra nusantara terdiri berbagai jenis kain tradisional lainnya yang berasal dari segala penjuru daerah di Indonesia. Ada kain tenun, kain songket, dan kain ulos.

Ketua Harian Dekranas (Dewan Kerajinan Nasional) Hajjah Tri Tito Karnavian sangat mendukung kegiatan pameran yang bertema "Citra Keberagaman Nusantara". Ia berharap kegiatan ini terus berlanjut.

Kegiatan ini, menurut isteri dari Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian, ini dapat mendukung kerajinan-kerajinan nasional, khususnya wastra.

Ia mengatakan, Indonesia kaya dengan kain tradisional dan hal ini tidak dimiliki negara lain. Jadi, dengan menggunakan kain tradisional, maka kebudayaan asli Indonesia akan semakin dikenal dunia.

"Kegiatan ini juga sebagai media promosi kain tenun dan batik. Tidak saja di Indonesia, tetapi juga masyarakat dunia," jelasnya yang didampingi Ketua Bidang Pendanaan Dekranas Elizabeth Thohir, isteri Menteri BUMN Erick Tjandra.

Ketua Dekranas, Elizabeth Thohir  (kiri) dan Hj Tri Tito Karnavian (tengah) meninjau stand peserta pameran (dokpri)
Ketua Dekranas, Elizabeth Thohir  (kiri) dan Hj Tri Tito Karnavian (tengah) meninjau stand peserta pameran (dokpri)
Peserta dari pameran ini tidak hanya para perajin wastra adati, tetapi juga para perancang busana dan produk kriya lainnya yang menggunakan dan memanfaatkannya sebagai bagian dari rancangannya

Meski wastra ini kuno, tapi mulai banyak peminatnya. Generasi milenial juga makin banyak yang mengenakan wastra karena motif kain tradisional saat ini pun sudah sangat beragam dan indah.

Bahkan model busananya pun tak sekadar resmi, tapi juga bergaya kasual. Karya kreatif anak bangsa ini akan lebih dihargai jika kita juga menghargainya.

"Saya sendiri berharap kaum muda bisa memulai mencintai budaya Indonesia dengan perspektifnya masing-masing," tuturnya.

Menurutnya, pengenalan kain tradisonal kepada generasi milenial ini, juga memberikan dampak ekonomi sangat positif terhadap usaha para perajin dan pengusaha kain tradisional di seluruh Indonesia.

Pegiat promosi kain adipati nusantara ini dimonitori oleh Edith Ratna Soeryosoeyarso. Menurut penuturannya, Adiwastra Nusantara telah diselenggarakan sejak 2008.

Baginya, kain tradisional dari berbagai daerah di Nusantara adalah salah satu kekayaan budaya yang turut menyumbang pilar pengikat keindonesiaan.

Kegiatan ini sebagai salah satu upaya untuk lebih mendekatkan, dan memudahkan masyarakat untuk mendapatkan kain-kain tersebut. Jadi, masyarakat tidak perlu pergi jauh-jauh ke daerah asalnya untuk mendapatkan wastra.

Di sini, beragam kain adati dari Pulau Sumatera hingga Pulau Papau, lengkap dipamerkan di Adiwastra Nusantara 2022.

Adiwastra Nusantara 2022 ini bekerjasama dengan para pegiat, kolektor hingga generasi muda. Meski konsepnya lebih ke melineal, tapi tidak melupakan kekayaan dan budaya nusantara. Agar mereka semakin  mencintai kebudayaan Indonesia.

Salah satu keunggulan kain-kain tradisional nusantara terletak pada nilai alaminya. Kain-kain tersebut dibuat dengan tangan, dan dioleh dengan pewarna alam.

Maka tidak heran jika harganya relatif mahal. Tapi, harga ini sepadan dengan kualitas dan keindahannya. Berdasarkan budaya lama yang sudah mengakar dan mengandung filosofi.

Pameran ini juga diisi dengan berbagai kegiatan seperti peragaan busana, demo produk tenun, talkshow batik ramah lingkungan, hingga peluncuran buku.

Perlengkapan makan bermotif batik juga dipamerkan dalam Adiwastra Nusantara 2022 (dokpri)
Perlengkapan makan bermotif batik juga dipamerkan dalam Adiwastra Nusantara 2022 (dokpri)


Saat pembukaan pameran Adiwastra Nusantara 2022 tampil penyanyi Lea Simanjuntak bersama sejumlah model mengenakan selendang karya peserta lomba selendang Indonesia.

Panitia Penyelenggara Adi Wastra Nusantara 2022 Lalita Nerissa Soelarso, menambahkan, pihaknya mendatangkan langsung lebih dari 250 pengrajin yang tersebar dari Sabang hingga Marauke.

Mulai dari pengrajin kain dari Cirebon, Jawa Barat, Kalimantan, dan Sumatera dihadirkan langsung ke acara pameran ini. Perajin dari Sumba, NTT didatangkan langsung untuk memamerkan hasil kerajinan tangannya.

Selain kain, Adi Wastra Nusantara 2022 juga menawarkan furniture dengan gaya-gaya etnik, aksesoris, dan berbagai macam selendang dari seluruh Indonesia. Harga yang ditawarkan beragam, dari Rp100 ribu hingga puluhan juta rupiah.

Lita menjelaskan, patokan harga biasanya tergantung dari kesulitan pembuatan. Berbeda dengan kain biasa, kain tradisional biasa dibuat hingga berbulan-bulan dengan tingkat kerumitan beragam.

Bagi pecinta kain tradisional, wajib berkunjung ke sini. Tidak perlu lagi jauh-jauh untuk mendapatkan kain khas daerah nusantara di Indonesia.

Dian Warastuti, salah satu pengunjung, menyampaikan kekagumannya atas kain-kain tradisional di seluruh Indonesia yang dipamerkan di acara. Ia menjadi tahu jenis-jenis kain khas yang dimiliki daerah. Wawasannya pun bertambah.

Dia sendiri rutin mengunjungi kegiatan ini. Itu sebabnya, ketika ia mendengar akan kembali diadakan setelah vakum 2 tahun, ia pun menyambutnya dengan penuh suka cita. Ia belajar banyak dari filosofi yang terkandung dalam pembuatan wastra.

Di bagian lobi saja, pengunjung, bisa menyaksikan kain-kain yang dipajang. Tidak untuk diperjualbelikan, melainkan sebagai karya seni yang bisa dipelajari.

Terdiri atas batik pesisir pusaka Indonesia koleksi Hartono Sumarsono, kain tapis Lampung koleksi Stephanus Hamy dan seni serat koleksi Binarul Anas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun