Jika menjadi korban kasus eksibisionisme, Kasandra menyarankan, korban lebih baik tidak berteriak. Mengapa harus begitu?
"Karena itu yang dikejar. Mereka mengejar ekspresi takut, malu, merasa dilecehkan, kaget, marah, dan lainnya. Lebih baik kasih wajah nggak ramah atau cueklah minimal," ungkapnya.
Untuk menyembuhkan ekshibisionisme ini perlu kesadaran diri dari pengidapnya. Atau dari orang-orang terdekatnya yang membangkitkan atau memotivasi agar pengidap itu sadar untuk berubah.Â
Berita ekshibisionisme di atas adalah peristiwa kedua yang cukup membuat mata saya terbuka bahwa "oh ternyata, yang beginian ini bukan monopoli kaum Adam".Â
Beberapa hari lalu, saya melihat video yang dishare di group. Terlihat seorang perempuan "berkerudung" naik sepeda motor.Â
Tidak jauh dari posisinya berjalan seorang pemuda dengan sarung melingkar di lehernya. Kalau dilihat dari penampakan area yang agak temaram, sepertinya sih waktunya sore menjelang Maghrib.
Kemudian perempuan itu melewati si pria, yang membuat saya kaget, perempuan itu lantas meremas bagian vital si pria. Sekejab. Hanya beberapa detik, lalu perempuan "pembegal" itu menancap gas.
Si pria jelas kaget. Ia lantas berlari mengejar si perempuan itu. Tentu saja tidak terkejar. Membandingkan tenaga manusia dan tenaga mesin beroda, jelas kalah tenaga manusia.
Apakah video itu settingan atau bukan, prank atau bukan? Entahlah, sampai detik ini saya belum menemukan kelanjutan berita soal ini.Â
Kalaupun ini settingan, apakah iya perempuan itu mau melakukan hal gila semacam itu? Rasa-rasanya kok di luar logika saya.Â
"Kok mau ya? Kok bisa ya? Kok begitu sih?" dan pertanyaan "kok-kok" lain yang mengitari pikiran saya. Ya, aneh saja. Ternyata ada ya, pelakunya perempuan.