"Dengan kegiatan ini diharapkan kekerasan yang dilakukan pemerintahan seperti zaman Orde Baru jangan sampai terulang kembali. Melalui film ini diharapkan generasi penerus bangsa yang kelak juga akan menjadi pemimpin negeri tidak mengulangi kesalahan yang sama. Karena itu, belajarlah pada masa lalu," tandas Faisyal, Wasekjen Barikade 98, aktifis kampus yang sealmamater dengan saya.
Meski Wiji Thukul hilang, tetapi semangat Wiji Thukul dalam bersuara tetap ada dan terjaga. Suaranya terus bergema di mana-mana. Puisi-puisinya terus disuarakan di mana-mana.
Sebagaimana kiprah Wiji Thukul, maka kita harus teruslah berjuang, jangan menjadi orang terbuang, meski terbelenggu dalam ruang, atau bahkan tidak punya uang, jangan hamburkan waktu luang, gunakan sebagai peluang, melalui puisi yang tertuang, perjuangan pun bagai jejak petualang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H