"Tentang saktah, saktah berarti berhenti sejenak tanpa mengambil nafas dalam tempo yang orang tidak mungkin mengambil nafas. Tidak terlalu singkat dan tidak lama," terang ustadzah.Â
Untuk perkiraannya seberapa, tidak ada hitungan pastinya berapa harakat. Karena itu, untuk memperkirakannya seberapa lama, kita mengambil contoh dari guru kita.
"Ilustrasinya kalau saya ingin mampir ke rumah bu Tety, supaya nggak sempat disuguhi minum, saya nggak ingin lama-lama. Sebentar saja," ujarnya.
Seperti itulah saktah. Waktunya kita perkirakan yang kalau kita berhenti, tidak ada waktu untuk menarik nafas. Berbeda dengan tanda waqaf lain. Seperti mim atau shila. Dengan berhenti dan menarik nafas.
Bacaan saktah ditandai dengan tulisan saktah kecil atau huruf sin kecil di atas bacaan yang dibaca secara Saktah.
Beberapa ayat dalam Alquran ada yang wajib saktah dan ada yang tidak. Yang tidak, kita bisa memilih mau pakai saktah atau tanda waqaf yang lain.
Ada 4 lafadz Saktah yang ada di dalam Alquran, yaitu dalam surat Al-Kahfi di akhir ayat 1, surat Yasin ayat 52, surat Al-Qiyamah ayat 27, dan surat Al-Muthaffifin ayat 14.
Di akhir ayat 1 surat Al-Kahfi, terdapat lafadz "'i wajaa" yang kemudian di sambung oleh ayat berikutnya. Setelah membaca bacaan di akhir ayat 1 pada surat Al-Kahfi, kita perlu berhenti sejenak tanpa mengambil napas dan langsung melanjutkan ke ayat kedua.
Pada surat Yaasiin ayat 52, di pertengahan ayat terdapat lafadz "qodi naa haadzaa". Di antara lafadz "qodi naa" dan "haadzaa", kita perlu berhenti sejenak tanpa mengambil napas, kemudian melanjutkan bacaannya.
Tashiil, artinya kemudahan atau keringanan. Ditandai dengan 2 hamzah yang saling berurutan. Hamzah yang pertama dibaca tahqiiq seperti hamzah pada umumnya. Sedangkan hamzah yang kedua dibaca tashil.
Bacaan Tashiil ini bisa dilihat pada surat Fusshilat ayat 44. Pada pertengahan ayat terdapat lafadz "a a' jamiyyun".