Mohon tunggu...
Tety Polmasari
Tety Polmasari Mohon Tunggu... Lainnya - ibu rumah tangga biasa dengan 3 dara cantik yang beranjak remaja
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas, insyaallah tidak akan mengecewakan...

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Strategi Menang di Dunia Laki-laki

21 September 2021   20:07 Diperbarui: 21 September 2021   20:15 524
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Riset Google menyebutkan perempuan Indonesia lebih suka berwirausaha. Secara global, Indonesia sendiri masuk ke dalam urutan ke-20 dengan jumlah pengusaha perempuan terbanyak. 

Selama 3 tahun terakhir ini jumlah wirausaha perempuan memang meningkat 3 kali lipat. Terlebih akibat pandemi Covid-19 memaksa semua orang berinovasi. 

Tidak terkecuali kaum perempuan. Sebanyak 64,5% atau 37 juta pelaku UMKM di Indonesia dikelola oleh kaum perempuan. 

Nah, bagaimana perempuan pengusaha bisa menang di dunia laki-laki? CEO sekaligus co-Founder CIAS (Corporate Innovation Asia) Dr. Indrawan Nugroho, membocorkan sejumlah strategi. 

Katanya, strategi ini dibutuhkan mengingat aktivitas para perempuan pekerja tidak banyak mendapat dukung dari banyak pihak. Terutama kaum laki-laki, tidak terkecuali suami sendiri. 

Padahal, harus diakui perempuan berbisnis faktor utamanya tak lain untuk menopang perekonomian keluarga. Semakin banyaknya pelaku perempuan UKM di saat pandemi, tujuan utamanya ya faktor ekonomi.

Apa saja stratedinya, ia menguliknya dalam Webinar Professional Women's Week bertajuk Wanita Pengusaha: Strategi Menang di Dunia Laki-laki", Senin (20/9/2021), yang dihelat desainer kondang Nina Septiana pemilik brand fashion Nina Nugroho. 

Kegiatan ini sendiri bagian dari gerakan #akuberdaya yang diinisiasi sang desainer baju muslimah itu. Gerakan tersebut mengajak kaum perempuan untuk lebih mengoptimalkan keberdayaannya. 

Professional Women's Week (PWW) adalah event yang bertujuan mendukung para perempuan profesional di seluruh Indonesia menikmati kehidupan terbaiknya dengan mengoptimalkan kontribusi multiperannya di kantor dan di rumah. 

Indrawan yang juga suami dari Nina Septiana, ini menyampaikan, sebagaimana dipahami, dunia usaha penuh dengan persaingan. Sampai sekarang pun masih dikonotasikan sebagai dunianya laki-laki. 

Karena itu, para perempuan yang ingin terjun ke dunia bisnis dibutuhkan strategi jitu agar berhasil masuk ke belantara bisnis. Apakah perempuan bisa? Tentu saja bisa. Dengan catatan harus dipersiapkan secara cerdas. 

"Kita tidak dalam membicarakan persoalan gender. Ini juga bukan membandingkan perempuan versus laki-laki. Tapi lebih kepada bagaimana menaklukkan dompet para pelanggan," urai Indrawan.

Indrawan ini adalah komisaris di KUBIK Training & Consultancy, yang didirikannya. Perusahaan konsultan dan pelatihan SDM terkemuka dan termahal di Indonesia, yang menjadi langganan korporat besar.

Menurut Business Innovator ini, ada 3 hal yang menjadi tantangan kaum perempuan di dunia usaha. Yaitu, stereotip gender, norma di masyarakat, multiperan perempuan. 

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi

Stereotif gender . Tidak bisa dipungkiri sosok perempuan kerap dipandang lemah secara emosional dan ambisi. Padahal belum tentu benar, dan seharusnya dijadikan sebagai satu tantangan. 

Meski kerap disematkan stereotif seperti itu, para perempuan tidak perlu khawatir dan harus menghapus pandangan tersebut. Yang perlu dilakukan adalah dengan membuktikan bahwa dia tidak seperti yang disangkakan. 

Norma di masyarakat. Umumnya, ada "aturan" yang menyebutkan pihak laki-laki yang mencari uang, sementara perempuan cukup di rumah saja, mengurus suami dan anak-anak. 

Tidak heran, jika ada laki-laki yang lama tidak pulang ke rumah, masyarakat menganggapnya hal yang lumrah. Pandangan para tetangga pasti biasa-biasa saja. 

Dianggap wajar karena memang habis mencari uang buat keluarga. Bandingkan ketika yang tidak pulang-pulang itu adalah pihak perempuan. tanggapannya pasti berbeda. 

Kerap dibilang egois, tidak perhatian pada keluarga. Tidak jarang pula dipandang bukan "perempuan baik-baik". Dan pandangan negatif lainnya. 

Multiperan perempuan. Harus diakui perempuan yang sudah menikah akan memiliki peran ganda. Sebagai istri, ibu, anak, sahabat, pekerja, dan lainnya. Menyadari hal ini, seorang istri akan berusaha keras untuk menyeimbangkan perannya itu. Jika tidak, label-label negatif akan disematkan padanya. 

Ketiga variabel itu, kata lelaki kelahiran Surakarta 8 November 1976, harus diperhatikan bagi perempuan yang akan terjun untuk berbisnis atau berwirausaha. 

Selayaknya berperang, kita butuh strategi. Bicara strategi, berarti sama dengan memilih. Memilih mau berbisnis apa? Cara menjalankannya bagaimana? Dan berpartner dengan siapa? 

Ia menyarankan untuk memilih yang paling mudah untuk dimenangkan. Amati medan peperangan. Apakah mau berbisnis makanan, pakaian, pertambangan, atau kerajinan atau apa? 

"Jangan memilih usaha yang hanya karena melihat teman sukses menjalankannya, sedangkan kita tidak mengerti sama sekali," ujar Dr. Indrawan menjawab pertanyaan peserta.

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi

Selain strategi, ada empat kekuatan  yang juga harus diperhatikan perempuan yang akan menggeluti bisnis.

Pertama, dukungan dari keluarga, terutama suami dan orang tua. Ini menjadi sumber kekuatan utama sebelum melangkah.

Bagaimana mungkin seorang perempuan dapat menjalankan bisnisnya, sementara pada waktu yang bersamaan dia harus menjemput anaknya ke sekolah atau melakukan perannya yang lain. 

Jadi, sebelum memulai usaha, terlebih dahulu minta dukungan suami dan orang tua. Agar saat menjalankan usaha ada keberkahan di dalamnya. 

Lalu, mengapa ada suami yang tidak setuju istrinya berbisnis? Bisa jadi dia takut, khawatir, kalau istrinya sukses, akan menjadi tidak hormat lagi, tidak dianggap. Ego laki-laki memang begitu.

"Nah, di sini yakinkan dulu suami bahwa Anda tidak akan berubah hanya karena pekerjaan. Tidak akan mengubah sedikit pun rasa hormat kepada suami. Hal ini sebaiknya dibangun dari sebelum memulai usaha," papar Dr. Indrawan. 

Kedua, perempuan juga harus didukung oleh sistem yang menguatkan dalam menjalankan bisnis. Jika sistem ini sudah terbangun dan dapat diandalkan, maka sebagian pekerjaan dapat didelegasikan. 

Ketiga, penting juga memilih bisnis yang fleksibel dari sisi waktu dan tidak membuat stagnan. Bisnis yang bisa kita kontrol. Kapan waktu untuk bekerja, kapan waktu untuk keluarga. 

Keempat, yang tidak kalah penting disupport oleh tim atau karyawan yang dapat diandalkan. Tim yang andal akan menghasilkan kinerja yang lebih baik. Ide-ide segar pun bermunculan dan memberikan nilai tambah pada efektifitas.

"Dengan terbangunnya sistem kerja yang ditopang oleh empat kekuatan tadi, maka perempuan pengusaha ini akan tetap selalu bisa hadir untuk suami, anak-anak dan keluarganya pada saat dibutuhkan," tandasnya. 

Ia percaya, perempuan Indonesia adalah individu yang berdaya dalam apapun peran yang dimainkannya. Keberdayaan yang menjadi pondasi utama negeri ini, masa kini dan masa yang akan datang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun