Multiperan perempuan. Harus diakui perempuan yang sudah menikah akan memiliki peran ganda. Sebagai istri, ibu, anak, sahabat, pekerja, dan lainnya. Menyadari hal ini, seorang istri akan berusaha keras untuk menyeimbangkan perannya itu. Jika tidak, label-label negatif akan disematkan padanya.Â
Ketiga variabel itu, kata lelaki kelahiran Surakarta 8 November 1976, harus diperhatikan bagi perempuan yang akan terjun untuk berbisnis atau berwirausaha.Â
Selayaknya berperang, kita butuh strategi. Bicara strategi, berarti sama dengan memilih. Memilih mau berbisnis apa? Cara menjalankannya bagaimana? Dan berpartner dengan siapa?Â
Ia menyarankan untuk memilih yang paling mudah untuk dimenangkan. Amati medan peperangan. Apakah mau berbisnis makanan, pakaian, pertambangan, atau kerajinan atau apa?Â
"Jangan memilih usaha yang hanya karena melihat teman sukses menjalankannya, sedangkan kita tidak mengerti sama sekali," ujar Dr. Indrawan menjawab pertanyaan peserta.
Selain strategi, ada empat kekuatan yang juga harus diperhatikan perempuan yang akan menggeluti bisnis.
Pertama, dukungan dari keluarga, terutama suami dan orang tua. Ini menjadi sumber kekuatan utama sebelum melangkah.
Bagaimana mungkin seorang perempuan dapat menjalankan bisnisnya, sementara pada waktu yang bersamaan dia harus menjemput anaknya ke sekolah atau melakukan perannya yang lain.Â
Jadi, sebelum memulai usaha, terlebih dahulu minta dukungan suami dan orang tua. Agar saat menjalankan usaha ada keberkahan di dalamnya.Â
Lalu, mengapa ada suami yang tidak setuju istrinya berbisnis? Bisa jadi dia takut, khawatir, kalau istrinya sukses, akan menjadi tidak hormat lagi, tidak dianggap. Ego laki-laki memang begitu.