Umar lantas membatalkan perjalanannya. Lalu sahabat berkata, apakah engkau lari dari takdir Allah. Umar menjawab, "Iya, saya lari dari takdir Tuhan dan menuju takdir yang baru".
Ustadz memberikan contoh yang lain dengan mengisahkan Ali yang bersandar di tembok, kemudian ada yang memberi tahu tembok itu akan jatuh. Ali lalu pindah agar ia tidak terkena tembok yang akan jatuh tersebut.
Orang tersebut kemudian berkata, "Engkau lari dari takdir Tuhan Ali?" Ali menjawab, "Iya, saya memilih takdir yang lain".
"Dari cerita tersebut kita bisa memilih takdir, namun tidak akan pernah bisa keluar dari ukurannya. Nasib adalah sesuatu yang sesuai dengan pilihan bebas manusia," jelas ustadz kelahiran Jakarta, 12 Agustus 1976 ini.
Karena tidak ada satupun manusia yang tahu akan nasibnya, maka Nabi SAW mewajibkan kita untuk selalu berusaha. Nabi sendiri tetap bekerja, berjuang, berkorban, dan berdoa. Â
Allah telah menetapkan takdir manusia, namun tidak ada paksaan dari Allah atas ketetapan tersebut. Karena manusia diberikan ruang untuk berusaha dan memilih takdir yang baik untuknya.
Mengenai takdir, di dalam Alquran berulangkali disebutkan. Misalnya, 'bekerjalah nanti Allah akan menilai". Allah sudah menetapkan "sistem". Kita tidak bisa berharap rezeki jika kita hanya berdiam diri di rumah tanpa usaha.
"Karena sistemnya mengharuskan untuk bekerja atau berusaha terlebih dahulu untuk bisa mendapatkan rezeki," tutur Dewan Pengawas IZI (Inisiatif Zakat Indonesia) ini.
Orang yang memiliki keyakinan kepada takdir pasti akan berusaha semaksimal mungkin dan kemudian bertawakal pada Allah.
Covid-19 dan Takdir