Mohon tunggu...
Tety Polmasari
Tety Polmasari Mohon Tunggu... Lainnya - ibu rumah tangga biasa dengan 3 dara cantik yang beranjak remaja
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas, insyaallah tidak akan mengecewakan...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Belajar Bahasa Arab, Ciri Teroris?

10 September 2021   16:37 Diperbarui: 10 September 2021   16:35 702
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hampir 1 tahun ini saya belajar bahasa Arab meski dilakukan secara online. Ini adalah program kegiatan DKM Al Ihsan Permata Depok. 

Adapun guru yang mengajarkan adalah ustadzah Mariati Aprilia yang juga mengajarkan bahasa Inggris untuk anak-anak di lingkungan tempat saya tinggal.

Selama hampir setahun itu ternyata belajar bahasa Arab tidak mudah, meski saya bisa membaca huruf Arab. Menurut saya, lebih mudah belajar tahsin atau ilmu membaca Alquran yang baik dan benar sesuai tadjwid. 

Tiba-tiba keseriusan kami mempelajari bahasa Arab terusik oleh pernyataan pengamat intelijen, Susaningtyas Nefo Kertopati, yang mengatakan salah satu ciri teroris itu adalah menyebarkan bahasa Arab. Apa tidak salah nih?

Kebetulan, jadwal belajar bahasa Arab setiap Rabu siang. Berita yang memuat pernyataan mantan anggota DPR Komisi I itu pun dishare di group. 

Pernyataan yang menyebut ciri anak muda yang terpapar radikalisme adalah dengan perbanyak belajar bahasa Arab, menjadi pembahasan kami usai kelas berakhir. 

"Penyebaran terorisme dengan memperbanyak bahasa Arab sangat mengkhawatirkan generasi penerus bangsa. Anak muda yang sudah tergerus bahasa Arab melupakan bahasa Indonesia, bahkan tidak mau hormat kepada bendera Indonesia," begitu katanya saat berbicara dalam program Crosscheck #FromHome by Medcom.id bertajuk 'Taliban Bermuka Dua ke Indonesia?', Minggu (5/9/2021), secara virtual.

Ia juga membuat pernyataan bahwa ciri sekolah yang berorientasi terorisme dan berkiblat ke Taliban, yaitu siswa dan gurunya tidak mau pasang foto Presiden dan Wapres, tidak mau menghafal nama-nama menteri dan parpol-parpol. 

Pernyataan ini kan seolah-olah ada ketakutan pada Islam atau islamofobia. Pernyataan yang sangat tendensius, provokatif, tidak berdasar, tidak logis. Pernyataan yang akan memunculkan kecurigaan-kecurigaan kepada orang-orang yang tengah giat belajar bahasa Arab. 

Apa yang salah dengan belajar bahasa Arab? Apa landasannya dia berpikiran seperti itu? Bukankah dalam keseharian kita akrab dengan bahasa Arab? Shalat menggunakan bahasa Arab. Mengucapkan salam juga menggunakan bahasa Arab. Berzikir, bershalawat juga menggunakan bahasa Arab.

Jadi, aneh bin membingungkan dengan adanya statemen seperti itu. Lantas apakah guru yang mengajarkan saya bahasa Arab memiliki ciri seorang teroris? Apakah saya yang belajar bahasa Arab tengah dididik menjadi seorang teroris? Tentu saja tidak, bukan?

Ustadzah Mariati Aprilia (Dokumen pribadi)
Ustadzah Mariati Aprilia (Dokumen pribadi)

Menurut guru bahasa Arab saya, belajar bahasa Arab itu penting, bahkan wajib. Hukum rincinya, fardhu kifayah dinisbatkan kepada umat Islam secara umum. Apabila sebagian sudah menjalankannya maka gugur atas sebagian lainnya.

Mempelajari bahasa Arab sangat dianjurkan supaya bisa lebih sempurna dan khusyu' dalam menjalankan ibadah yang menggunakan bacaan dzikir dan doa berbahasa Arab seperti shalat, haji dan umroh, dan selainnya.

Baca juga: Mengapa Saya Harus Belajar Bahasa Arab?

Mengapa belajar bahasa Arab itu penting bagi umat Islam? Karena mempelajari bahasa Arab adalah bagian dari agama. 

Dalam salah satu hadits, Umar ra. berkata, "Pelajarilah bahasa Arab karena ia bagian dari agama kalian. Pelajarilah hukum waris, ia juga bagian dari agama kalian!"

Sebagaimana disampaikan oleh guru bahasa Arab saya, bahasa Arab adalah bahasa paling sempurna dan paling mulia di dunia. 

Bahasa Arab adalah bahasa yang dipilih oleh Allah sebagai bahasa firman-Nya (Alquran) dan RasulNya (Nabi Muhammad SAW). Berbagai sumber ilmu pengetahuan pun bersumber dari bahasa Arab.

Hal ini juga dipertegas dalam Alquran. "Sesungguhnya telah Kami buatkan bagi manusia dalam Al Quran ini setiap macam perumpamaan supaya mereka dapat pelajaran. (Ialah) Al Quran dalam bahasa Arab yang tidak ada kebengkokan (di dalamnya) supaya mereka bertakwa." (QS. Az-Zumar: 27-28)

"Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Al Quran dengan berbahasa Arab, agar kamu memahaminya." (QS. Yusuf: 2)

Mempelajari bahasa Arab memiliki banyak keutamaan. Dengan mempelajari bahasa Arab kita jadi lebih mudah dalam menghafalkan, memahami, mengajarkan dan mengamalkan isi Alquran dan hadits-hadits Nabi Muhammad SAW.

"Orang yang paham bahasa Arab, akan memudahkan kita memahami Islam, menggali ilmu dari ulama secara langsung atau membaca berbagai karya ulama yang sudah banyak tersebar hingga saat ini," kata ustadzah yang akrab disapa miss Melli ini.

Menyepelekan dan menggampangkan bahasa Arab akan mengakibatkan kita lemah dalam memahami agama serta jahil (bodoh) terhadap berbagai permasalahan agama.

Hasil screenshoot Youtube medcom.id
Hasil screenshoot Youtube medcom.id

Jadi, apa landasan pengamat militer Susaningtyas Nefo Kertopati melontarkan pernyataan itu? 

Apa yang disampaikan perempuan yang akrab disapa Nuning itu pun membuat heboh se-Indonesia Raya dan menuai sorotan. Ketua MUI Muhammad Cholil Nafis, menyebutnya sebagai bentuk falsifikasi logika atau kesesatan logika. 

"Mengamati atau menuduh. Gara-gara tak mengerti bahasa Arab maka dikiranya sumber terorisme atau dikira sedang berdoa hahaha. Ini bukan pengamat tapi penyesat," kata Cholil dalam cuitannya di Twitter, Rabu (8/9/2021).

"Betul pernyataan yang berbahaya jika Bahasa Arab dikaitkan dengan terorisme. Ini bagian dari Islamofobia, sangat disayangkan adanya pernyataan seperti itu," kata Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Prof Dadang Kahmad, saat dihubungi Republika, Rabu (8/9/2021).

Lucu saja jadinya jika terorisme dikaitkan dengan bahasa Arab. Padahal, kalau mau jujur penggunaan bahasa Indonesia juga banyak menyerap dari bahasa Arab.

Terlebih bahasa Arab bahasanya Rasul. Rasulullah Muhammad SAW bersabda, "Cintailah bahasa Arab karena tiga hal: 1. Karena aku berasal dari bangsa Arab, 2. Karena bahasa Alquran bahasa Arab, 3. Komunikasi penduduk surga bahasa Arab." (HR Ibnu Abbas RA)

"Bahasa Arab itu termasuk bagian dari agama, sedangkan mempelajarinya adalah wajib, karena memahami Al-Quran dan As-Sunnah itu wajib. Tidaklah seseorang bisa memahami keduanya kecuali dengan bahasa Arab. Dan tidaklah kewajiban itu sempurna kecuali dengannya (mempalajari bahasa Arab), maka ia (mempelajari bahasa Arab) menjadi wajib." (Iqtidho, Ibnu Taimiyah)

Ustadzah menegaskan bahasa Arab adalah bahasa agama Islam dan bahasa Alquran. Kita tidak akan bisa memahami Alquran dan As-Sunnah dengan pemahaman yang benar tanpa penyelewengan kecuali dengan bekal bahasa Arab.

Setelah viral dan ramai dikecam, Nuning pun menyampaikan klarifikasi. Ia menampik menyebut Islam sebagai embrio terorisme. 

Islam adalah rahmatan lil 'alaimin. Ia menuding ada media yang menulis tidak lengkap atas pernyataannya. Sehingga, hal tersebut menyulut kemarahan dan kesalahpahaman.

Terkait bahasa Arab, Nuning mengaku amat menghormati bahasa tersebut. Dalam pandangannya ada perbedaan konteks penggunaan bahasa Arab sebagai alat komunikasi resmi di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dengan penggunaannya sebagai bahasa sehari-hari dalam pergaulan bangsa yang sudah memiliki bahasa nasional (bahasa Indonesia).

"Dalam hal ini, mohon maaf bila ada yang tidak sependapat dengan saya," kata eks politisi PDIP dan Partai Hanura itu sebagaimana dikutip Republika, Rabu (8/9/2021).

Pertanyaannya, kalau penggunaan bahasa Arab dalam pergaulan sehari-hari dipermasalahkan, mengapa penggunaan bahasa asing lainnya, terutama bahasa Inggris, tidak dipermasalahkan juga? 

Terlepas dari itu semua, ustadzah mengingat kami untuk tidak kendor belajar bahasa Arab. Jangan patah semangat dengan pernyataan-pernyataan yang menyudutkan. Semua ikhtiar dicatat sebagai amal ibadah.

Wallahu 'alam bisshowab

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun