Mempelajari bahasa Arab memiliki banyak keutamaan. Dengan mempelajari bahasa Arab kita jadi lebih mudah dalam menghafalkan, memahami, mengajarkan dan mengamalkan isi Alquran dan hadits-hadits Nabi Muhammad SAW.
"Orang yang paham bahasa Arab, akan memudahkan kita memahami Islam, menggali ilmu dari ulama secara langsung atau membaca berbagai karya ulama yang sudah banyak tersebar hingga saat ini," kata ustadzah yang akrab disapa miss Melli ini.
Menyepelekan dan menggampangkan bahasa Arab akan mengakibatkan kita lemah dalam memahami agama serta jahil (bodoh) terhadap berbagai permasalahan agama.
Jadi, apa landasan pengamat militer Susaningtyas Nefo Kertopati melontarkan pernyataan itu?Â
Apa yang disampaikan perempuan yang akrab disapa Nuning itu pun membuat heboh se-Indonesia Raya dan menuai sorotan. Ketua MUI Muhammad Cholil Nafis, menyebutnya sebagai bentuk falsifikasi logika atau kesesatan logika.Â
"Mengamati atau menuduh. Gara-gara tak mengerti bahasa Arab maka dikiranya sumber terorisme atau dikira sedang berdoa hahaha. Ini bukan pengamat tapi penyesat," kata Cholil dalam cuitannya di Twitter, Rabu (8/9/2021).
"Betul pernyataan yang berbahaya jika Bahasa Arab dikaitkan dengan terorisme. Ini bagian dari Islamofobia, sangat disayangkan adanya pernyataan seperti itu," kata Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Prof Dadang Kahmad, saat dihubungi Republika, Rabu (8/9/2021).
Lucu saja jadinya jika terorisme dikaitkan dengan bahasa Arab. Padahal, kalau mau jujur penggunaan bahasa Indonesia juga banyak menyerap dari bahasa Arab.
Terlebih bahasa Arab bahasanya Rasul. Rasulullah Muhammad SAW bersabda, "Cintailah bahasa Arab karena tiga hal: 1. Karena aku berasal dari bangsa Arab, 2. Karena bahasa Alquran bahasa Arab, 3. Komunikasi penduduk surga bahasa Arab." (HR Ibnu Abbas RA)
"Bahasa Arab itu termasuk bagian dari agama, sedangkan mempelajarinya adalah wajib, karena memahami Al-Quran dan As-Sunnah itu wajib. Tidaklah seseorang bisa memahami keduanya kecuali dengan bahasa Arab. Dan tidaklah kewajiban itu sempurna kecuali dengannya (mempalajari bahasa Arab), maka ia (mempelajari bahasa Arab) menjadi wajib." (Iqtidho, Ibnu Taimiyah)