Mohon tunggu...
Tety Polmasari
Tety Polmasari Mohon Tunggu... Lainnya - ibu rumah tangga biasa dengan 3 dara cantik yang beranjak remaja
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas, insyaallah tidak akan mengecewakan...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Andai Waktu Bisa Berputar, (Mungkin) Saiful Jamil Tak Begini

8 September 2021   19:34 Diperbarui: 9 September 2021   07:38 381
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ini bukan masalah bisa memaafkan atau tidak. Menerima atau tidak. Melupakan atau tidak. Berdamai dengan keadaan atau tidak. Ikhlas atau tidak.

Pokok persoalannya adalah tindakan kejahatan yang dilakukan. Jika perbuatan kriminalnya mencuri, misalnya, mungkin saja orang dengan mudah akan memaafkan.

Lihat saja para koruptor yang setelah bebas masih bisa menjabat. Padahal hasil kejahatannya bisa menyengsarakan masyarakat dan merugikan negara.

Atau misalnya penyalahgunaan narkoba, orang-orang mungkin dengan cepat akan melupakan. Berapa banyak artis yang tersandung kasus narkoba yang akhirnya masih bisa tampil di televisi dan disambut hangat publik. 

Jangan samakan dengan kasus video porno Ariel (Peterpan/Noah). Dalam kasus ini tidak ada korban. Sama-sama dewasa dan dilakukan tanpa paksaan. Meski perbuatan ini tidak dibenarkan secara norma agama, hukum, dan sosial,  seiring waktu orang-orang juga mulai melupakan dan menerima kembali karya-karyanya.

Tapi yang dilakukan Saiful Jamil beda: kejahatan susila. Terlebih korbannya adalah anak di bawah umur yang dilakukan oleh orang dewasa dengan sadar. Dilakukannya pun dengan paksaan dan ada unsur pemerkosaan.

Orang tua mana pun tidak akan bisa dengan mudah melupakan atau memaafkan. Trauma berkepanjangan yang dialami korban belum tentu bisa disembuhkan dalam waktu hitungan tahun. 

Ketika ia melihat pelaku tampil di televisi apakah tidak akan membuat jiwanya kembali terguncang? Kejiwaan orang tuanya pun saya yakin ikut terguncang.

Menampilkan selebriti yang melakukan tindak pelecehan seksual bisa berdampak buruk terhadap korban hingga masyarakat secara keseluruhan. Yang bisa memberi kesan pelaku pelecahan seksual adalah hal biasa dan orang akan menerimanya begitu saja.

Menurut saya, cancel culture ini ada baiknya juga. Bisa menjadi efek jera buat yang lain untuk tidak melakukan kejahatan serupa. Terlebih, kejahatan seksual pada anak masih menjadi persoalan serius di Indonesia, yang belum terselesaikan dengan tuntas.

Karena itu, diharapkan semua media dapat memberikan tayangan dan tontonan yang mendidik, mencerdaskan, menginspirasi sekaligus menghibur. Terlebih media penyiaran dapat diakses oleh semua usia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun