Diperkirakan ada sekitar satu juta orang penderita Demensia Alzhemeir di Indonesia pada 2013. Jumlah itu diperkirakan naik drastis menjadi dua kali lipat pada 2030, dan empat kali lipat pada 2050.
Gejala Dimensia Alzheimer Juga Bisa Dialami Kaum Muda
Dokter Amelia menyebutkan mereka yang berada di usia 65 tahun ke atas yang paling beresiko. Meski demikian, tidak melulu lansia yang mengalami demensia alzheimer karena tidak menutup kemungkinan mereka yang di bawah 65 tahun mendapatkan resiko tersebut. Hal ini dikenal dengan istilah "young-onset dementia".
Demensia atau sering disebut pikun kerap dianggap biasa dialami oleh lansia karena bertambahan usia. Padahal, ini bukan bagian normal atau proses alami dari penuaan.Â
Kondisi ini disebabkan oleh kerusakan sel-sel otak yang mempengaruhi pikiran, perilaku, perasaan dan kemampuan manusia untuk berkomunikasi. Tidak heran, demensia alzheimer seringkali tidak terdeteksi.Â
Padahal, gejala demensia alzheimer dapat dialami sejak usia muda (early on-set demensia) karena perjalanan seseorang menjadi demensia alzheimer butuh "waktu".
Terdapat beberapa tahap perkembangan demesia alzheimer yaitu :
Tahap awal (berlangsung 2-4 tahun), gejala: sering lupa, lupa waktu, tersesat di tempat yang dikenali;
Tahap menengah (berlangsung 2-10 tahun), gejala: lupa kejadian dan nama orang, tersesat di rumah sendiri, sulit berkomunikasi, butuh bantuan untuk merawat diri, perubahan perilaku (mondar-mandir, berkeliaran hingga kabur dari rumah);
Tahap akhir (berlangsung 1-3 tahun), gejala tidak sadar waktu dan tempat, tidak mengenali keluarga dan teman, sulit berjalan, menjadi agresif.
Deteksi dini membantu penderita dan keluarga untuk dapat menghadapi dampak penurunan fungsi kognitif (memori) dan pengaruh psiko-sosial dari penyakit ini dengan lebih baik.
Penanganan alzheimer sejak dini juga penting untuk memperlambat terjadinya kepikunan. Terpenting lagi kerusakan otak karena penyakit tersebut dapat diperlambat. Â
Seminar yang juga menghadirkan narasumber Dokter Spesialis Saraf, dr. Abdul Gofir, M.Sc, Sp.S(K), dan perawat Sri Mulyani, S. Kep., Ns., M.Ng, ini juga bertujuan untuk meningkatkan kesadaran akan bahaya pikun, terutama di masa pandemi Covid-19.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H