Menurut dr. Astuti, deteksi sedini mungkin gangguan fungsi kognitif (memori) pada Covid-19 sangat penting. Mengapa harus dideteksi sedini mungkin di masa pandemi ini? Karena infeksi Covid-19 meningkatkan pengentalan darah sehingga meningkatkan risiko stroke.
"Jadi, deteksi dini ini adar dapat dilakukan intervensi sedini mungkin, sehingga terjadinya demensia atau pikun, terutama demensia alzheimer dapat dicegah atau dihindari," katanya.
Demensia alzheimer atau sering disebut pikun akibat penyakit Alzheimer, salah satu jenis demensia yang paling banyak ditemukan dan paling berat dengan gejala yang khas lupa.
Fase awalnya tidak bergejala atau gejala awal lupa subyektif. Orang sekitar melihat kondisinya baik baik saja, tetap mandiri, hanya pasiennya saja yang merasakan sudah mulai sering lupa.
Demensia Alzheimer menjadi penyebab ke-4 kematian di dunia, berbiaya mahal, dan menjadi masalah kesehatan global. Terlebih, setiap 3 detik ada 1 pasien baru demensia. Jadi, dalam 1 menit ada 20 pasien baru demensia. Bagaimana dalam hitungan 1 jam?
Karena itu, berbagai penyebab seperti hipertensi, diabetes militus, depresi, pasca cidera otak, dan penyakit yang berisiko  menyebabkan degenerasi otak termasuk dampak Covid-19 pada otak perlu diwaspadai dan evaluasi jangka panjang.
Terlebih, jika kondisi penyakitnya semakin memburuk dan mengakibatkan kualitas hidup penderitanya juga ikut memburuk. Bila ini terjadi tentu saja akan menjadi beban berat bagi keluarga dan masyarakat.
Dokter Spesialis Saraf, dr. Amelia Nur Vidyanti, Sp.S(K), Ph.D, yang juga menjadi pembicara, menjelaskan, demensia alzheimer adalah penyakit neurodegeneratif yang ditandai dengan penurunan daya ingat, gangguan perilaku dan penurunan kemampuan fungsional yang sifatnya progresif.
Hingga saat ini, katanya, pengobatan penyakit demensia masih bersifat simtomatis. Yaitu, untuk mengurangi keparahan dari gejalanya. Pengobatan demensia Alzheimer bersifat jangka panjang dan berkelanjutan.
"Pengobatan yang berkelanjutan akan memperlambat proses perjalanan penyakit, mengurangi gejala, meningkatkan kemandirian, mengurangi angka rawat inap di rumah sakit, dan meningkatkan kualitas hidup bagi penderita demensia Alzheimer dan keluarganya," terangnya. Â
Saat ini, di dunia, lebih dari 50 juta orang mengalami demensia dan demensia alzheimer adalah jenis demensia yang terbanyak, sekitar 60-70%.