Baca juga: Susahnya "Berburu" Ruang ICU Covid-19
Setelah bergerilya mencari ruang ICU dan ventilator untuk ibu saya (almarhumah), kini berburu ruang NICU? Oh tidak...! Jangan sampai cucu saya ini mengalami apa yang ibu saya alami.
Saya pun mengontak relasi-relasi saya, suami juga menghubungi jaringan Siloam Hospitals, juga menginformasikannya di group Mapala UI. Adik saya juga mendatangi satu persatu RS di wilayah Bogor.
Sayang, jaringan Siloam Hospitals tidak menangani bayi yang terkena Covid-19. Disarankan untuk dibawa ke RSCM karena katanya bayi atau anak yang positif Covid-19 diarahkan ke sini.
Suami lantas menghubungi keponakannya yang praktek di RSCM. Sayang, keponakan suami baru saja tiba di rumah usai piket jaga. Sementara keponakannya juga tidak bisa mengambil keputusan bagaimana-bagaimana mengingat ruang IGD yang full.
Sementara itu, laporan adik saya, beberapa RS yang didatanginya menyatakan ruang NICU penuh. Relasi-relasi saya juga menyatakan hal yang sama. Namun, mereka akan membantu mencarikannya.
Sambil menunggu kepastian informasi ruang NICU, abang saya lantas membawa cucunya ke RSCM bersama anak dan menantunya. Ternyata, ruang IGD untuk bayi dan anak penuh.Â
"Antrian hingga di luar area IGD. Daripada bayina ku naon-naon, bayina dibawa pulang," lapor abang saya.
Keesokan harinya, abang saya membawa cucunya ke RSUD Pasar Minggu. Ini untung-untungan saja sambil menunggu informasi dari saya dan suami.Â
Sementara itu, suami mendapat kabar dari seniornya di Mapala UI, jika ia berkawan karib dengan Direktur RS Universitas Kristen Krida Wacana (RS Ukrida) yang berlokasi di Jakarta Barat. RS Ukrida adalah salah satu RS Rujukan Covid-19.
Kalau cucu kami mau dirawat di situ, ia akan mengontak kawannya itu. Kami pun sepakat. Kami sertakan data bayi dan nomor kontak ibu si bayi. Kami berharap RS Ukrida masih ada 1 bed NICU untuk cucu kami.