Tangis adik saya pun pecah. Informasi ibu meninggal disampaikan di group keluarga, bertepatan saat suami saya tiba di rumah. Suami memberikan penghiburan kepada saya.
Saya, suami, lantas menjemput ayah dan abang saya untuk melihat ibu di RS. Melihat jenazahnya yang terakhir kali sebelum dimasukkan ke dalam peti mati. Menshalatkannya.
Adik saya berulang kami menanyakan posisi kami, untuk segera sampai. "Mamah sudah dimasukkan ke dalam peti mati," katanya saat menelepon.
Tibalah kami di sini. Mayat ibu saya sudah di dalam peti mati di kamar jenazah. Tapi syukurlah, petugas kamar jenazah berkenan membukakan peti jenazah yang sudah dipaku.
Setelah kami mengadzankan dan mendoakan, lalu mayat dikembalikan ke posisi semula. Peti mayat lalu ditutup, dipaku, kemudian dilapisi plastik wrapping.
Usai diwrapping, kami pun shalat jenazah. Kemudian menguburkannya di Cigereji, Cibadak, Sukabumi. Sebagaimana pesan ibu saya jauh sebelum terkena Covid-19.Â
Mengapa di sini? Karena di sinilah tempat ibu saya lahir dan dibesarkan, hingga menikah. Ibu saya ingin dimakamkan berdampingan dengan kakek nenek saya, yang tidak lain orang tua ibu saya.
Pemakaman di lahan pemakaman keluarga ini dilakukan oleh Satgas Covid-19 setempat dengan protokol kesehatan Covid-19 yang sangat ketat.
"Ya Allah, ampunilah ibu kami dan belas kasihanilah, selamatkanlah ia dan
maafkanlah ia, muliakanlah tempat kediamannya, luaskanlah tempat masuknya.
Bersihkanlah ia dari kesalahan-kesalahannya sebagaimana Engkau membersihkan pakaian putih dari kotoran, masukkanlah ia dalam surga dan lindungilah ia dari siksa kubur dan siksa neraka."